Nah, hal inilah yang kemudian dipakai senjata oleh para pengarang untuk "menembak" pembacanya agar klepek-klepek ketika membaca karya fiksi seperti novel yang dibuatnya.
Lalu, bagaimana ia menyentuh perasaan pembaca melalui karya-karyanya? Apa yang bisa dilakukannya?
Untuk hal ini, seorang penulis hebat akan menulis dengan rasa atau orang menyebutnya dengan istilah menulis dengan hati. Ia menulis dengan melibatkan perasaannya.
Menulis dari Hati
Bagaimana menulis dengan hati, bukankah kita menulis dengan kemampuan berpikir? Ya, Anda benar. Kita juga menulis dengan pikiran, dengan akal sehat. Akan tetapi, bersamaan dengan itu kita menggunakan hati atau perasaan dalam menuangkan gagasan.
Penulis fiksi yang hebat akan menggunakan hati dalam menulis. Ia menggunakan segenap perasaannya yang diekspresikan ke dalam setiap untaian kalimat yang disusunnya.
Tujuannya tiada lain adalah untuk menyentuh hati pembaca. Hasilnya, perasaan pembaca pun bisa terbawa oleh jalan cerita. Pembaca bisa sedih, gembira, marah, terharu, takut, dan seterusnya.
Ingatlah bahwa tulisan yang keluar dari hati akan sampai ke hati. Jika sebuah cerita berhasil menyetuh hati Anda, maka cerita itu dibuat dengan melibatkan perasaan atau hati penulisnya.
Sang penulis larut ke dalam cerita yang sedang disusunnya, ia bergumul dengan para tokoh-tokoh imajinatif ciptaannya.
Dalam melakukan semua itu, penulis akan menggunakan diksi terpilih yang ditugaskan untuk mewakili dunia imajinernya. Diksi terpilih adalah kata atau ungkapan yang lebih ditujukan untuk menyentuh perasaan, bukan melulu pikiran pembaca.
Karya-karya nonfiksi mengarah ke situ juga: menyentuh rasa, menggapai hati pembaca. Bentuknya, antara lain dengan menciptakan karya tulis bergenre features.