Perpustakaan sekolah, termasuk di dalamnya pojok-pojok baca, mesti ditingkatkan peranannya bersamaan dengan keteladanan membaca dari para guru. Dengan demikian, warga sekolah benar-benar mengakrabi buku, familiar dengan buku-buku bacaan.
Ketiga, intervensi dari desa.
Kini sudah mulai banyak berdiri perpustakaan desa. Ada yang murni inisiatif kepala desa dan perangkatnya, ada juga inisiatif dari anggota masyakarakat yang peduli literasi. Darimana pun inisiatifnya dimulai, perpustakaan di desa memang harus terus digalakkan, jangan sampai meredup.
Perpustakaan desa menjadi alternatif pilihan bagi masyarakat yang tidak bisa mengakses buku dari sumber lainnya. Misalnya, kalau hendak membeli buku, mesti ke kota, misalnya. Atau, ingin membeli dan membaca buku, tetapi tidak cukup uang. Nah, perpustakaan desa-lah yang bisa memfasilitasi kebutuhan seperti ini.
Di perpustakaan desa seyogianya disediakan berbagai jenis buku sesuai dengan kebutuhan masyarakat setempat. Untuk anak-anak, bisa disediakan buku cerita atau dongeng dan lainnya, untuk orang dewasa bisa disediakan buku yang mengacu kepada keterampilan yang dibutuhkan masyarakat pedesaan.
Keempat, intervensi dari pemerintah.
Lembaga yang paling bertanggung jawab terhadap penyediaan fasilitas bahan bacaan, tata kelola perpustakaan dan mendorong kegemaran membaca adalah pemerintah.
Dalam konteks ini, Perpustakaan Nasional RI sudah melakukan banyak sekali upaya untuk membangkitkan minat baca masyarakat di negeri ini.
Perpusnas RI banyak membantu penguatan perpustakaan di daerah. Misalnya, memberikan bantuan rak buku, koleksi buku, komputer, televisi, dan lainnya.
Tidak hanya itu, berbagai upaya untuk meningkatkan kualitas sumber daya manusia pengelola perpustakaan terus-menerus dilakukan melalui berbagai metode atau pendekatan.
Salah satu yang paling rajin dilakukan Perpusnas RI pada saat pandemi seperti sekarang ini adalah dengan menggelar webinar online.