Mari kita lihat apa saja yang bisa dilakukan dalam menghadapi tantangan dan hambatan yang melanda bagaikan air bah ini.
Pendekatan yang dibutuhkan adalah pendekatan yang komprehensif dan sinergis. Artinya, semua pihak bergerak menuju ke suatu titik, yaitu meningkatnya kegemaran membaca masyarakat negeri tercinta. Intervensi mesti dilakukan dari berbagai sisi dan secara komprehensif, tak bisa sendiri-sendiri. Seperti apa?
Pertama, intervensi dari rumah.
Orangtua hendaknya bisa mengkondisikan anak-anak mereka untuk menyenangi buku bacaan. Sejak dini, anak-anak diperkenalkan dan didekatkan dengan buku-buku. Jadikan buku sebagai sahabat anak dan orangtua.
Perpustakaan keluarga di rumah adalah salah satu bentuk dari upaya untuk penyediaan buku, baik buku untuk anak-anak maupun buku untuk orangtua. Dengan perpustakaan keluarga tersebut diharapkan kedekatan keluarga dengan buku kian baik.
Orangtua mesti menjadi teladan dalam hal membaca. Jangan berharap anak-anak akan suka membaca, apabila ayah-bundanya tidak suka buku. Orangtua mesti menjadi teladan bagi anak-anak mereka dalam hal membaca buku.
Kedua, intervensi dari sekolah.
Lembaga pendidikan adalah tempat yang sangat strategis untuk membangun budaya baca. Dari lembaga pendidikanlah dapat diandalkan lahirnya generasi yang memiliki kegemaran membaca.
Intervensi melalui sekolah merupakan salah satu cara yang efektif. Mengapa? Sebab, sekolah bisa mendekatkan anak didik dengan buku, bahkan bisa 'memaksa' anak-anak membaca buku dengan berbagai uapaya.
Misalnya, dengan cara mewajibkan mereka membaca buku sebelum masuk kelas atau membuat resensi atau review buku. Bisa juga dengan menugaskan siswa membuat ringkasan buku dan menyampaikannya di depan kelas atau pada apel pagi di sekolah.