Pertama, asyik bermain handphone
Banyak terjadi belakangan ini -- terutama di ruang-ruang rapat, orang suka sekali memainkan hanphone-nya tatkala ada pembicara yang seharusnya didengarkan. Hal seperti ini terjadi juga di ruang-ruang kuliah.
Orang yang bermain handphone mungkin tidak menyadari betapa ia sebenarnya mengecewakan sang pembicara. Ini kalau si pembicara mengetahuinya.
Pembicara yang sabar pada umumnya akan membiarkan hal itu terjadi. Tetapi, bagi yang lain, boleh jadi langsung menegur.Â
Kalau hal ini terjadi di kampus, bukan tidak mungkin sang dosen akan memperingatkan si mahasiswa.
Saya juga pernah menghadapi hal seperti ini. Ketika sedang menjelaskan sebuah materi kuliah, ada seorang mahasiwa yang jarang fokus ke materi kuliah, melainkan ke handphone.
Satu dua kali saya biarkan, namun pada akhirnya saya tegur dengan bertanya apa pendapatnya tentang materi yang sedang dibahas. Ia pun akhirnya gelagapan. Dan, sejak saat itu saya minta ia menyimpan HP-nya dulu selama pelajaran berlangsung.
Kedua, tidak mengajukan pertanyaan
Pertanyaan yang kita ajukan menunjukkan salah satu ciri bahwa kita seorang pendengar yang baik. Artinya, kita sudah memberikan perhatian terhadap materi yang dibicarakan.
Pertanyaan itu disampaikan mungkin dimaksudkan untuk mendapat jawaban yang lebih detail. Atau, ingin mendapatkan kepastian atau penegasan tentang hal tertentu dari topik perbincangan.
Akan tetapi, mungkin saja hal-hal yang disampaikan pemateri sudah jelas dan lengkap, maka pendengar memandang tidak perlu lagi bertanya.Â
Alhasil, ketika ditanyakan, "Adakah yang perlu ditanyakan lagi?" Dengan serempak dijawab, "Pass!!".Â