Pada literasi tingkatan ini, tantangannya adalah bagaimana agar buku-buku itu  bisa menjadi sarana dalam upaya meningkatkan kesejahteraan pembaca.
Di sinilah tantangan terbesarnya: membuat keterkaitan positif kegiatan membaca buku dengan kesejahteraan masyarakat. Jika ini tercapai, jumlah masyarakat dengan kegemaran membaca akan maju lebih pesat.
Persoalan yang acapkali mengemuka adalah tentang manfaat nyata dari kegiatan membaca. Kegiatan membaca berdampak pada meningkatkan pendapatan masyarakat, inilah yang diidam-idamkan.
Lalu, apa yang bisa dilakukan? Pada perpustakaan desa (village library), perlu disediakan buku-buku yang bersifat how to: Â bagaimana melakukan sesuatu. Buku-buku yang mengarah pada keterampilan. Jenis buku seperti inilah yang seyogianya disediakan lebih banyak.
Misalnya, bagaimana membuat kripik ketela, bercocok tanam dengan pola hidroponik, teknik merajut, memelihara tanaman hias, bisnis online, dan sejenisnya.
Buku-buku yang diadakan atau disediakan hendaknya relevan dengan kebutuhan real masyarakat lokal. Setiap kali pengadaan buku, mesti dipikirkan buku seperti apa yang benar-benar dibutuhkan masyarakat setempat.
Melalui buku-buku seperti itu, masyarakat bisa membaca dan mencoba mempraktikannya. Dari situ diharapkan keterampilan mereka pada bidang yang disukainya bisa terwujud.
Praktik bisa dilakukan langsung di perpustakaan atau di tempat lain yang dipilih. Yang terpenting, keterampilan dan produktivitas masyarakat bisa meningkat setelah membaca dan mempraktikkan isi buku. Dengan bekal keterampilan itu diharapkan masyarakat lebih produktif berkarya sehingga menambah penghasilan mereka.
Peningkatan kesejahteraan adalah tujuan tertinggi dari kehadiran perpustakaan desa dengan berbagai jenis buku di dalamnya. Kesejahteraan masyarakat adalah goal-nya.
(I Ketut Suweca, 4 Mei 2021)
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H