Anda bisa bertanya tentang segala sesuatu yang berkaitan dengan pembicaraan. Untuk menjaga kesantunan, tanyakanlah hal-hal yang kira-kira bisa dijawab oleh lawan bicara Anda.
Hati-hati dengan pertanyaan yang Anda ajukan, jangan sampai muncul kesan menguji atau menginterogasi. Komunikasi yang efektif dalam pergaulan yang sehat tidak menganjurkan hal itu.
Kemunikasi yang efektif adalah komunikasi yang saling menghargai dan menghormati. Tujuannya hanya satu: kesepahaman.
Kelima, seni menjawab
Ketika kepada Anda diajukan pertanyaan, maka Anda punya kewajiban untuk menjawabnya, bukan? Lalu, bagaimana bisa menjawab pertanyaan dengan baik?
Jawablah pertanyaan dengan penjelasan secukupnya. Tidak bertele-tele atau ngalor-ngidul. Kalau bertele-tele, jangan-jangan si penanya malah menjadi bingung denga apa yang Anda katakan. Jawaban yang singkat, padat, dan to the point, sangat diharapkan. Kalau pun diperlukan contoh, berikan contoh seperlunya.
Bagaimana jika Anda tidak tahu jawaban atas tertanyaan itu? Jika benar-benar tidak tahu, lebih baik mengatakan tidak tahu. Pembicara yang baik adalah pembicara yang jujur.
Hindari menjawab pertannyaan dengan jawaban asal-asalan atau asal menjawab. Kalau ini dilakukan, akan muncul pandangan pendengar yang kurang baik pada diri Anda.
Oleh karena itu, lebih baik Anda bersikap jujur. Dengan begitu, pendengar bukannya mencemooh Anda, melainkan mereka akan tetap menghargai Anda. Lagi pula, tidak semua persoalan harus bisa Anda jawab, bukan?
Itulah kelima seni dalam berkomunikasi yang efektif. Penguasaan seni memahami, seni mendengar, seni melihat, seni bertanya, dan seni menjawab, akan memperkuat kemampuan dalam menjalin komunikasi dengan siapa pun.
(Â I Ketut Suweca, 18 April 2021).
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H