Begitu mendengar kata berkomunikasi yang efektif, mungkin kita segera terpikir bagaimana menjadi pembicara publik yang baik. Menguasai ilmu public speaking memang sangat dibutuhkan sebagai kemampuan menyampaikan gagasan di depan publik.
Akan tetapi, tulisan ini tidak secara khusus masuk ke ranah itu, melainkan lebih pada komunikasi secara umumnya. Bagaimana berkomunikasi dengan orang lain dengan sebaik-baiknya sehingga pesan yang disampaikan atau didengar dapat dipahami dengan baik.
Terdapat 5 hal yang patut mendapatkan pencermatan sehingga komunikasi menjadi efektif. Saya sebut sebagai seni berkomunikasi untuk kelima hal ini. Mengapa? Karena, pada hakikatnya, berkomunikasi itu ada seninya, tidak melulu teori.
Ketika komunikasi dipraktikkan di lapangan, maka ia butuh seni, butuh gaya. Mari kita lihat kelima seni berkomunikasi ini lebih jauh.
Pertama, seni mendengar
Tidak hanya kemampuan berbicara, kesediaan menjadi pendengar yang baik pun sangat dibutuhkan dalam komunikasi. Menjadi pendengar yang baik merupakan salah satu faktor penentu keseberhasilan dalam berkomunikasi.
Saat Anda berbicara, pendengar yang seharusnya mendengar, tidak mendengar. Misalnya, ia malah asyik ngobrol dengan orang yang duduk di sebelahnya. Atau, asyik bermain gadget. Apa yang Anda rasakan? Tidak merasa nyaman, bukan?
Menjadi pendengar yang baik sama artinya memperlakukan pembicara dengan baik, menghormatinya dengan cara bersungguh-sungguh memerhatikannya. Inilah etika menjadi pendengar yang, dalam beberapa kasus, kurang diperhatikan.
Kedua, seni melihat
Pada saat mendengar, lihatlah lawan bicara. Jangan membawa pandangan ke arah lain terus-menerus.
Sebaliknya, jangan pula melotot tanpa kedip terus-menerus memandang lawan bicara, tidak elok juga.
Sesekali melihatnya tatkala senang berbicara, lalu lempar pandangan ke arah lain, demikian seterusnya.
Memandang teman berbicara mencerminkan kesungguhan kita mendengarkannya. Demikian juga kalau kita berbicara, berbicara seraya menatap mata pembicara juga merupakan hal yang positif asal sesuai dengan porsinya.
Melihat pembicara saat ia berbicara adalah bentuk perhatian dan respons yang baik. Ia akan merasa mendapat perhatian, dan tentu saja, akan tetap antusias untuk melanjutkan pembicaraannya. Ia pun akan merasa dihargai oleh si pendengar.
Kalau gantinya Anda yang berbicara, seyogianya Anda memandang teman yang diajak berbicara. Kalau orangnya banyak, lempar pandangan sedemikian rupa sehingga semuanya merasa mendapat perhatian.Â
Sesekali lihat satu per satu, lalu lempar lagi pandangan Anda. Pembicara publik paham sekali dengan seni berkomunikasi dengan mata ini. Sesekali lihat hutannya, sesekali perhatikan pohon-pohonnya.
Ketiga, seni memahami
Pada saat orang lain berbicara, berusahalah memahami apa yang dibicarakannya. Berupayalah agar Anda mengetahui apa saja yang menjadi isi pembicaraannya. Tanpa memahami isi pembicaraan, Anda sudah membuang-buang waktu percuma.
Pada kenyataannya, banyak orang sekadar hadir dan sekadar mendengar, tapi sesungguhnya tidak sedang mendengar. Ia tidak fokus pada materi yang dibicarakan. Ia hanya sekadar hadir secara fisik di pertemuan, tetapi tidak mendapatkan tambahan informasi atau wawasan apa pun dari pertemuan itu.
Setiap pembicara tentu akan merasa senang jika mengetahui apa yang dibicarakannya bisa dipahami oleh orang lain dengan baik. Ia akan merasa berhasil dalam menyampaikan apa yang ingin disampaikannya. Ia juga merasa dihargai.
Bagaimana menunjukkan bahwa kita, sebagai pendengar, memahami bahwa apa yang dibicarakannya? Espresikan saja dengan cara alami melalui anggukan kepala, pandangan antusias, senyuman, dan gesture tubuh lainnya. Jika ada pembicaraan yang materinya lucu, tertawalah.
Keempat, seni bertanya
Dalam sebuah pembicaraan, adakalanya kita perlu bertanya tentang sesuatu hal. Maksudnya tiada lain untuk mendapatkan informasi tambahan atau lanjutan.
Atau, mungkin karena kita belum mengerti dengan gamblang tentang materi yang dipaparkan sehingga merasa perlu mendapat penjelasan lanjut.
Akan tetapi, bertanya tidak melulu dilakukan hanya karena ketidakmengertian, bahkan untuk menjaga komunikasi dua arah. Tanpa feed-back dari Anda sebagai pendengar, pembicara mungkin akan sulit untuk mengukur apakah Anda paham atau belum dengan materi yang disampaikan.
Anda bisa bertanya tentang segala sesuatu yang berkaitan dengan pembicaraan. Untuk menjaga kesantunan, tanyakanlah hal-hal yang kira-kira bisa dijawab oleh lawan bicara Anda.
Hati-hati dengan pertanyaan yang Anda ajukan, jangan sampai muncul kesan menguji atau menginterogasi. Komunikasi yang efektif dalam pergaulan yang sehat tidak menganjurkan hal itu.
Kemunikasi yang efektif adalah komunikasi yang saling menghargai dan menghormati. Tujuannya hanya satu: kesepahaman.
Kelima, seni menjawab
Ketika kepada Anda diajukan pertanyaan, maka Anda punya kewajiban untuk menjawabnya, bukan? Lalu, bagaimana bisa menjawab pertanyaan dengan baik?
Jawablah pertanyaan dengan penjelasan secukupnya. Tidak bertele-tele atau ngalor-ngidul. Kalau bertele-tele, jangan-jangan si penanya malah menjadi bingung denga apa yang Anda katakan. Jawaban yang singkat, padat, dan to the point, sangat diharapkan. Kalau pun diperlukan contoh, berikan contoh seperlunya.
Bagaimana jika Anda tidak tahu jawaban atas tertanyaan itu? Jika benar-benar tidak tahu, lebih baik mengatakan tidak tahu. Pembicara yang baik adalah pembicara yang jujur.
Hindari menjawab pertannyaan dengan jawaban asal-asalan atau asal menjawab. Kalau ini dilakukan, akan muncul pandangan pendengar yang kurang baik pada diri Anda.
Oleh karena itu, lebih baik Anda bersikap jujur. Dengan begitu, pendengar bukannya mencemooh Anda, melainkan mereka akan tetap menghargai Anda. Lagi pula, tidak semua persoalan harus bisa Anda jawab, bukan?
Itulah kelima seni dalam berkomunikasi yang efektif. Penguasaan seni memahami, seni mendengar, seni melihat, seni bertanya, dan seni menjawab, akan memperkuat kemampuan dalam menjalin komunikasi dengan siapa pun.
(Â I Ketut Suweca, 18 April 2021).
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H