Membersihkan Sanggah
Usai membuat penjor, pada sore harinya kami membersihkan tempat persembahyangan di rumah. Tempat ini disebut dengan Sanggah atau Pemerajan.
Kami bersihkan setiap bagiannya, menyapu halamannya sampai tuntas. Tidak lupa kami memasang kain untuk Sanggah, tedung/pajeng (sejenis payung khusus), dan pernak-pernik lainnya.
Tidak lupa kami perdengakan suara gamelan atau tetabuhan khas Bali untuk menciptakan suasana yang berkesesuaian saat bekerja. Nah, usai sudah semua kegiatan yang berkenaan pada hari Penampahan Galungan. Â
Keesokan harinya, Rabu, 14 April 2021, adalah Hari Raya Galungan. Saatnya kami sekeluarga melaksanakan persembahyangan. Kami bangun lebih awal daripada biasanya, lalu mempersiapkan diri untuk sembahyang.
Tentu saja dengan pakaian sembahyang khas yang sudah banyak dikenal. Ada baju putih, kain saput yang juga warna putih dan udeng putih bagi laki-laki. Kaum perempuan akan menggunakan baju kebaya khas Bali sebagai atasan, dengan warna putih atau lainnya. Bawahannya berupa kain (kamen, bahasa Bali).
Setelah siap dengan pakaian, kami pun memulai sembahyang. Banten dihaturkan terlebih dahulu kepada Tuhan, baru kemudian diteruskan dengan persembahyangan.
Sebelum dan usai persembahyangan, biasanya kami melantunkan kidung suci yang pada intinya menyebut dan mengagungkan nama Tuhan atau Hyang Widhi Wasa. Tidak lupa, memutar gamelan gong dengan tabuh lelambatan yang membawa suasana khusuk saat menghaturkan sembah bakti kepadaNya.
Usai sembahyang di rumah, barulah kami beranjak ke luar rumah. Antara lain ke Pura Kahyangan Tiga, yaitu tiga Pura yang pasti ada di setiap wilayah desa adat di Bali. Pura Kahyangan Tiga meliputi Pura Desa, Pura Puseh, dan Pura Dalem, sesuai dengan konsep Trimurti.
Sampai di situ selesai sudah berlangsungnya upacara persembahyangan di hari Raya Galungan. Untuk melakukan semua ini, dibutuhkan waktu yang cukup lama, dari mulai di pagi hari  hingga selesai menjelang sore.