Ada baiknya juga, kepala sekolah merekrut para pegawai perpustakaan dari calon yang memang memiliki latar belakang pendidikan perpustaakaan secara khusus. Misalnya, dengan merekrut tamatan S1 atau D3 Perpustakaan yang dihasilkan oleh beberapa perguruan tinggi di Indonesia.
Dengan kompetensi yang dimiliki oleh pegawai perpustakaan yang berlatar belakang ilmu perpustakaan, dapat diharapkan perpustakaan akan bisa memberikan kontribusinya yang besar bagi kecerdasan warga sekolah sebagai pemakai perpustakaan (pemustaka).
Ketiga, keterbatasan koleksi buku
Pada umumnya, koleksi buku di perpustakaan sekolah masih sangat terbatas. Keterbatasan koleksi ini berdampak pada keterbatasan pilihan buku yang dibaca oleh guru atau siswa di sekolah setempat.
Mengapa buku-buku di sekolah masih terbatas jumlahnya? Antara lain, barangkali lantaran pengembangan perpustakaan dan penambahan jumlah buku belum menjadi prioritas di sekolah-sekolah setempat.
Boleh jadi buku-buku untuk perpustakaan belum menjadi kebutuhan prioritas. Masih ada kebutuhan lain yang lebih diprioritaskan oleh pihak sekolah.
Hendaknya disadari bahwa sekolah yang tidak memedulikan perpustakaan dan tidak mendorong kegemaran membaca para siswa dan gurunya, tidak akan menghasilkan output lulusan yang berkualitas.
Sebaliknya, sekolah yang peduli terhadap perpustakaan dan terus-menerus memupuk kegemaran membaca para guru dan siswa, cenderung akan menghasilkan output lulusan yang membanggakan.
Penambahan koleksi buku memang harus terus diupayakan. Di samping memanfaatkan dana Bantuan Operasional Sekolah (BOS), juga bisa bekerjasama dengan para pihak ekternal yang bisa membantu. Para alumni pun bisa digerakkan agar menyumbangkan buku demi kemajuan perpustakaan sekolah.Â
Akhirnya saya ingin mengutip nama sebuah perpustakaan sebuah sekolah yang sempat saya kunjungi.
Nama perpustakaannya: Perpustakaan Widya Param Para. Sebuah nama dari bahasa Sansekerta yang, menurut penciptanya, berarti ilmu yang digali dari perpustakaan (buku) laksana juru penerang. Dengannya, para pembaca buku akan tumbuh menjadi insan yang cerdas, berkarakter, dan tercerahkan.
(Â I Ketut Suweca, 7 April 2021).