Mohon tunggu...
I Ketut Suweca
I Ketut Suweca Mohon Tunggu... Dosen - Dosen - Pencinta Dunia Literasi

Kecintaannya pada dunia literasi membawanya suntuk berkiprah di bidang penulisan artikel dan buku. Baginya, hidup yang berguna adalah hidup dengan berbagi kebaikan, antara lain, melalui karya tulis.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Artikel Utama

Potret Perpustakaan Sekolah, Tantangan dan Peluangnya!

8 April 2021   14:11 Diperbarui: 8 April 2021   16:37 1423
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Usai piket kebersihan, para siswa membaca di perpustakaan sekolahnya (dok.pribadi).

Sekolah-sekolah di berbagai tingkatan pada umumnya memiliki perpustakaan. Pihak sekolah menyadari betapa pentingnya kehadiran perpustakaan sebagai bagian dari fasilitas pendidikan untuk mendukung peningkatan kualitas guru dan siswa didik di sekolah setempat.

Mewujudkan Perpustakaan Sekolah

Oleh karena itu, sekolah-sekolah, mulai dari SD hingga SMA dan sederajat selalu mengusahakan terwujudnya perpustakaan di sekolah mereka. 

Pihak sekolah menyadari bahwa perpustakaan dapat mendukung proses belajar mengajar sekaligus demi peningkatan kecerdasan warga sekolah.

Dalam perkembangannya, upaya peningkatan peran perpustakaan dalam meningkatkan minat baca dan kegemaran membaca para guru dan siswa masih mengalami banyak tantangan. Di balik tantangan itu, peluang untuk maju pun sudah tergambar dengan sangat jelas.

Dari pengamatan penulis yang terjun langsung melihat sejumlah perpustakaan di sekolah-sekolah, ada beberapa tantangan yang masih dihadapi dalam upaya memantapkan peran perpustakaan sekolah. Jika tantangan ini bisa diatasi secara bertahap, maka peluang untuk maju bagi perpustakaan sekolah sangatlah besar di masa datang.

Selanjutnya, mari kita lihat 3 tantangan utama dari sejumlah tantangan yang dihadapi dalam upaya pengembangan perpustakaan sekolah.

Pertama, keterbatasan sarana dan prasarana
Beberapa sekolah, jika diperhatikan, mengalami kesulitan akan ruang perpustakaan yang memadai. 

Kalau tidak ruangan yang ada lumayan sempit, ada juga sekolah yang yang akhirnya memanfaatkan ruangan yang pada awalnya tidak dimaksudkan untuk perpustakaan menjadi ruang perpustakaan.

Seharusnya perpustakaan jangan disatukan dengan dokumen arsip lainnya. Atau, disatukan dengan gudang tempat menyimpan peralatan yang sudah rusak dan tidak dipakai lagi dengan alasan ketiadaan tempat.

Kalau hal itu dilakukan maka perpustakaan tidak akan menjadi tempat yang nyaman untuk membaca. Perpustakaan menjadi tempat yang pengap dan kurang terawat.

Ke depan, perlu dipikirkan dan diusahakan agar perpustakaan itu menjadi tempat yang penting dan prioritas di sekolah. 

Sebuah tempat yang nyaman untuk didatangi dan orang bisa betah membaca buku di sana. Jadikan ruang perpustakaan sebagai tempat yang terhormat.

Kedua, keterbatasan sumber daya manusia
Perpustakaan membutuhkan sumber daya manusia pengelola yang memiliki kemampuan yang berkesesuaian. 

Sumber daya manusia inilah yang akan menentukan bagaimana sebuah perpustakaan dikelola dan bagaimana mereka memberikan pelayanan.

Dalam praktiknya, banyak guru yang di samping mengajar di kelas, juga diberi tugas untuk mengelola perpustakaan atau menjadi kepala perpustakaan.

Alasan yang acapkali disampaikan karena yang bersangkutan masih kekurangan jam mengajar, maka dengan menjadi kepala perpustakaan akan dapat melengkapi kekurangan tersebut sehingga memenuhi persyaratan jam minimal yang dibutuhkan.

Tidak ada masalah jika ada guru yang ditetapkan oleh kepala sekolah menjadi kepala perpustakaan. Bahkan, hal ini sangat bagus agar yang bersangkutan bertambah kemampuannya, tidak hanya pada mata pelajaran yang diampu, bahkan juga memahami dengan baik seluk-beluk mengelola perpustakaan sekolah dengan baik.

Yang diperlukan adalah staf pendukung pengelolaan perpustakaan. Dalam beberapa kasus, saya memerhatikan yang menjadi tenaga perpustakaan kebanyakan tamatan SMA atau SMK. Dengan latar belakang pendidikan tersebut, tentu pengetahuan tentang ilmu perpustakaan mereka masih terbatas.

Mereka mesti belajar keras untuk menguasai ilmu perpustakaan dan menambah pengalaman bagaimana mengelola perpustakaan dengan baik apalagi dengan adanya pemanfaatan teknologi dalam layanan perpustakaan.

Terkait dengan hal itu, sebaiknya mereka secara kontinu diberikan pelatihan. Maksudnya tiada lain agar pengetahuan dan keterampilan mereka terus meningkat sehingga berdampak positif bagi upaya penguatan peran perpustakaan di tempat mereka bekerja.

Ada baiknya juga, kepala sekolah merekrut para pegawai perpustakaan dari calon yang memang memiliki latar belakang pendidikan perpustaakaan secara khusus. Misalnya, dengan merekrut tamatan S1 atau D3 Perpustakaan yang dihasilkan oleh beberapa perguruan tinggi di Indonesia.

Dengan kompetensi yang dimiliki oleh pegawai perpustakaan yang berlatar belakang ilmu perpustakaan, dapat diharapkan perpustakaan akan bisa memberikan kontribusinya yang besar bagi kecerdasan warga sekolah sebagai pemakai perpustakaan (pemustaka).

Ketiga, keterbatasan koleksi buku
Pada umumnya, koleksi buku di perpustakaan sekolah masih sangat terbatas. Keterbatasan koleksi ini berdampak pada keterbatasan pilihan buku yang dibaca oleh guru atau siswa di sekolah setempat.

Mengapa buku-buku di sekolah masih terbatas jumlahnya? Antara lain, barangkali lantaran pengembangan perpustakaan dan penambahan jumlah buku belum menjadi prioritas di sekolah-sekolah setempat.

Boleh jadi buku-buku untuk perpustakaan belum menjadi kebutuhan prioritas. Masih ada kebutuhan lain yang lebih diprioritaskan oleh pihak sekolah.

Hendaknya disadari bahwa sekolah yang tidak memedulikan perpustakaan dan tidak mendorong kegemaran membaca para siswa dan gurunya, tidak akan menghasilkan output lulusan yang berkualitas.

Sebaliknya, sekolah yang peduli terhadap perpustakaan dan terus-menerus memupuk kegemaran membaca para guru dan siswa, cenderung akan menghasilkan output lulusan yang membanggakan.

Penambahan koleksi buku memang harus terus diupayakan. Di samping memanfaatkan dana Bantuan Operasional Sekolah (BOS), juga bisa bekerjasama dengan para pihak ekternal yang bisa membantu. Para alumni pun bisa digerakkan agar menyumbangkan buku demi kemajuan perpustakaan sekolah. 

Akhirnya saya ingin mengutip nama sebuah perpustakaan sebuah sekolah yang sempat saya kunjungi.

Nama perpustakaannya: Perpustakaan Widya Param Para. Sebuah nama dari bahasa Sansekerta yang, menurut penciptanya, berarti ilmu yang digali dari perpustakaan (buku) laksana juru penerang. Dengannya, para pembaca buku akan tumbuh menjadi insan yang cerdas, berkarakter, dan tercerahkan.

( I Ketut Suweca, 7 April 2021).

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun