Anak perempuan saya yang sulung berhasil menamatkan S1 di Universitas Indonesia (UI) dan S2 di Universitas Katolik Indonesia (UNIKA) Atma Jaya, Jakarta. Kini ia sudah berhak mendapat sebutan psikolog karena menamatkan kuliah di S2 Psikologi Profesi Khusus Klinis Dewasa.
Ia mulai berpraktik setelah mendapatkan ijin praktik dari Himpunan Psikologi Indonesia (Himpsi). Ia menangani banyak klien yang memiliki masalah psikologis.
Hari-harinya dipenuhi oleh kegiatan melayani klien yang membutuhkan konsultasi dan terapi psikologi. Ia juga sering mengisi webinar seputar ilmu yang dikuasainya, termasuk mindfulness meditation (meditasi kesadaran).
Pada zaman modern ini rupanya semakin banyak saja orang menghadapi masalah kejiwaan, dari yang paling ringan hingga yang berat. Ditambah lagi dengan deraan pandemi yang belum juga usai. Akibatnya, semakin bertambah tekanan-tekanan psikologis yang dialami masyarakat.
Bagi yang tidak mampu mengatasinya sendiri, akhirnya mereka harus berkonsultasi dan mendapatkan bantuan dari seorang psikolog.
Begitulah anak sulung saya sejak tahun lalu sudah menangani klien yang mengalami masalah dengan kejiwaan.
Saya sungguh bersyukur bisa memberikan pendidikan yang cukup untuknya kendati membutuhkan biaya yang cukup besar.
Saya berharap dengan bekal ilmu yang diperolehnya, ia akan bisa mendapatkan penghasilan yang memadai sehingga bisa mandiri sekaligus bisa pula menolong orang lain.
Bekerja Sambil Kuliah
Anak saya yang kedua, bungsu, juga kuliah S1-nya di PTN yang sama dengan kakaknya di kawasan Depok, Jakarta. Berbeda dengan kakaknya yang mengambil psikologi, si bungsu ini justru tertarik pada bidang teknik.
Ketertarikannya dengan bidang komputer sudah tampak sejak SMA. Ia sering mengikuti berbagai lomba pemrograman komputer. Akan tetapi, saat mendaftar kuliah ia bergeser sedikit dari kesukaannya itu. Ia memilih Teknik Elektro.