Kalau kepada Anda ditanya, mana yang lebih menyenangkan, mendapatkan kritik atau pujian? Jawaban harus jujur ya.
Kritik maupun pujian, sama-sama ada gunanya. Tetapi, kalau harus memilih, Anda memilih yang mana? Baiklah, saya akan ungkapkan rahasia besar dalam berhubungan dengan manusia!
Kegunaan Kritik dan Pujian
Kritik dilontarkan untuk mengoreksi hal yang dipandang keliru. Kritik pada dasarnya dimaksudkan untuk upaya perbaikan, agar sesuatu yang salah bisa dibenahi sehingga menjadi lebih baik di kemudian hari. Kesalahan yang pernah terjadi diharapkan tidak terulang lagi.
Itu kegunaan kritik pada umumnya. Namun, ada saja kritik yang dimaksudkan untuk membeberkan kesalahan pihak tertentu demi tujuan tertentu (destruktif). Terutama untuk tujuan mencederai nama baik orang yang dikritik. Apalagi kritik yang dilontarkan diekspose besar-besaran di media sosial.
Lalu, bagaimana dengan pujian? Pujian adalah cara untuk memberikan apresiasi atas kerja, prestasi, kondisi seseorang. Pujian disampaikan dengan maksud agar orang yang dipuji merasa senang dan bersemangat untuk bekerja dengan lebih baik lagi sehingga prestasi yang bersangkutan kian baik.
Pujian sama sekali bukan dimaksudkan sebagai cara untuk membuat orang lupa diri, menjadi besar kepala. Pujian, bagi orang bijaksana, menjadi pelecut untuk terus berusaha bekerja lebih baik sekaligus membawanya mawas diri. Tidak menepuk dada atas keberhasilan yang pernah dicapai.
Tergantung Persoalan
Nah, kalau Anda pihak menjadi objek, pilih dikritik atau dipuji? Kalau Anda subjek, pilih mengkritik atau memuji?
Mungkin jawabannya, tergantung persoalan. Ada saatnya mengkritik apabila ada hal yang mesti dikoreksi. Dan, ada saatnya memuji untuk sebuah keberhasilan seseorang. Tepatkah? Menurut saya, tidak salah.
Hanya, kedua-duanya mesti dilakukan secara tulus dengan pendekatan yang sesuai. Misalnya, kalau kita hendak mengkritik seseorang dengan tulus dan maksud yang benar-benar baik, pilihlah dengan cara bertemu empat mata.
Sampaikan kebanggaan Anda padanya, hal-hal baik yang ada pada orang tersebut, lalu di tengah-tengah selipkan koreksi terhadap kesalahannya dengan niat baik.
Hati-hati, jangan menyerang pribadinya. Harus dibedakan kesalahannya dengan pribadinya. Berpusatlah pada perbaikan atas kesalahan, jangan pernah menyerang harga dirinya.
Setelah itu, sudahi dengan menyebut hal-hal yang baik pada dirinya lagi dan semangati dia bahwa ia mampu mencapai apa yang diharapkan.
Berbeda dengan mengkritik yang seharusnya dilakukan empat mata, memuji justru dilakukan dengan cara sebaliknya.
Memberikan pujian, sebisanya, di depan orang banyak. Rasa bangga seseorang akan terpenuhi dengan cara seperti ini.
Hindari  memuji sekadar melontarkan pujian, sekadar basa-basi. Orang akan mudah menangkap sebuah pujian itu, tulus atau tidak.
Pujian yang tulus keluar dari hati, pujian yang boongan alias lip service keluar hanya dari mulut. Kalau berhadapan dengan orangnya, tidak sulit membedakan apakah sebuah pujian itu datangnya dari hati atau tidak, tulus atau palsu.
Sekali lagi, hindari melontarkan pujian yang dilandasi dengan niat yang tidak tulus. Karena hal ini akan gampang ditebak, mudah kentara. Jika hendak memuji, mari puji orang dengan ketulusan hati, karena memang ada hal yang pantas dipuji, tidak dibuat-buat.
Berikan Penghargaan yang Jujur
Saya ingin menyampaikan sejumlah referensi berharga berikut ini untuk kita pertimbangkan bersama-sama sebelum memilih mengkritik atau memuji.
Abraham Lincoln pernah menegaskan, "Setiap orang menyukai pujian."
Psikolog terkenal, Prof. Willian James, menulis, "Prinsip paling dalam pada sifat dasar manusia adalah kebutuhan untuk dihargai."
Kalau ditelisik lebih jauh, di balik kekurangannya, setiap orang pasti memiliki kelebihan dalam bidang tertentu. Alih-alih mengutak-atik kekurangannya, mengapa tidak mengangkat kelebihan atau keunggulannya?
Dengan berfokus pada kelebihan pada diri seseorang, maka ia cenderung menunjukkan semakin banyak hal-hal yang baik pada dirinya, tanpa perlu dikritik. Ia akan merasa dihargai sebagai manusia karena harga dirinya diletakkan di tempat yang semestinya.
Emerson pernah mengatakan, "Setiap orang yang saya jumpai adalah lebih baik dibandingkan dengan saya dalam hal tertentu. Dengan cara melihat seperti itu, saya bisa belajar darinya dan tentang dirinya."
Dale Carnegie, penulis buku-buku kepemimpinan dan self improvement yang terkenal di dunia, mengajak kita untuk menemukan hal-hal yang baik pada diri orang lain.
"Mari kita coba menemukan hal-hal baik dalam diri orang lain. Berilah penghargaan yang jujur dan tulus. Jadilah tulus dalam penerimaan Anda dan murah hatilah dalam memberikan penghargaan. Dengan begitu, orang-orang akan mengingat kata-kata Anda, menghargainya, dan mengingatnya sepanjang hidup.
Inilah rahasia besar dalam berhubungan dengan manusia.
( I Ketut Suweca, 7 Maret 2021).
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H