Mohon tunggu...
I Ketut Suweca
I Ketut Suweca Mohon Tunggu... Dosen - Dosen - Pencinta Dunia Literasi

Kecintaannya pada dunia literasi membawanya suntuk berkiprah di bidang penulisan artikel dan buku. Baginya, hidup yang berguna adalah hidup dengan berbagi kebaikan, antara lain, melalui karya tulis.

Selanjutnya

Tutup

Gaya Hidup Pilihan

Si Burik, Datang, Makan, dan Pergi (untuk Kembali Lagi)!

28 Februari 2021   17:06 Diperbarui: 28 Februari 2021   17:28 957
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Si Burik sedang santai di teras rumah (dok.pribadi)

Menyeret-nyeret kaki di atasnya, sungguh sangat menyenangkan. Atau, memilih duduk dan membenamkan separuh kaki ke dalam pasir akan terasa hangat jika pasirnya tidak sedang basah. Rasanya seperti kembali ke masa kanak-kanak, dulu.

Ada cerita menarik tentang pasir pantai ini. Dari hasil penelitian yang dilakukan LPPM Universitas Udayana, Denpasar, diketahui dengan hawa panas pasir 45-50 derajat Celsius dapat dijadikan alternatif terapi kesehatan.

Terapi itu dapat dilakukan dengan cara berendam di galian pasir maksimal sedalam 50 centimeter, antara pukul 09.00 Wita sampai sore pukul 17.00 Wita. Waktu yang diperlukan untuk berendam di pasir juga tidak perlu terlalu lama, cukup hanya 15 menit.

Pasir di pantai ini disebutkan sangat baik untuk kesehatan tulang. Pantas saja beberapa kali terlihat ada orang yang membenamkan sebagian tubuhnya di pasir ini sebagai terapi rematik terutama pada musim panas.

Membawa Nasi Bungkus

Setiap kali ke pantai ini, kami selalu berbekal nasi bungkus. Harganya lima ribu rupiah sebungkus. Itulah yang menjadi bekal kami, di samping sebotol air mineral.

Usai jalan-jalan di sepanjang pantai dan sudah pula sempatkan berfoto selfie, kami pun mengambil nasi bungkus itu di mobil dan siap menyantapnya.

Kami memilih tempat yang sejuk di bawah pohon ketapang yang rindang. Tidak terlalu terlihat oleh mereka yang mulai datang berlalu-lalang sepanjang pantai.

Pada saat menikmati nasi bungkus itu, dua ekor kucing tiba-tiba tampak mendekat. Keduanya berbulu oranye kemerahan. Rupanya mereka induk dan anak.

Melihat kehadiran mereka, saya sobek sedikit kertas pembungkus nasi. Menaruh nasi dengan sedikit lauk di atasnya dan meletakkannya dekat dengan kedua kucing itu. Saya lihat keduanya makan dengan lahap.

Mungkin mereka adalah kucing liar yang hidup di pantai. Tanpa pemilik. Tempatnya mencari makan, ya, di sepanjang pantai itu.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Gaya Hidup Selengkapnya
Lihat Gaya Hidup Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun