Beliau sudah banyak sekali menulis cerita dongeng untuk anak-anak, bahkan banyak di antaranya menghiasi media cetak. Hingga usianya yang tidak muda lagi, beliau masih tetap berkarya.
Aku melihat betapa besarnya motivasi dan konsistensi Pak Made Taro dalam berkarya. Aku tidak tahu persis, sejak kapan beliau menulis cerita-cerita rakyat, khususnya cerita rakyat dari Bali. Aku juga tidak tahu, apakah masih ada generasi penerus yang meneruskan langkahnya?
Aku tidak mengenal Pak Made Taro secara langsung, melainkan hanya melalui karya-karya di media cetak seperti koran. Semoga suatu saat Tuhan mempertemukanku dengan beliau untuk berbincang-bincang panjang tentang karya-karyanya. Kuingin belajar dari beliau.
Sebuah informasi menyebutkan bahwa Pak Made Taro adalah seorang penulis produktif yang banyak tertuju pada dunia anak.Â
Di samping menulis, Pak Made Taro juga mendirikan Sanggar Kukuruyuk untuk mengajak anak-anak mengenal dan mencintai permainan tradisional daerah Bali. Berkat kiprahnya yang konsisten di bidang yang satu ini, Pak Made Taro dianugerahi Lifetime Achievement Award dari UWRF 2019.
Diary, itulah hasil tulisan ngalor-ngidul-ku kali ini yang awalnya aku tidak punya ide mau menulis tentang apa. Mohon maaf ya, aku sudah menyita waktumu untuk membaca ini. Terima kasih Diary-ku. See you.
(Â I Ketut Suweca, 21 Februari 2021).
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H