Dibandingkan menerima kritik, menerima pujian jauh lebih mudah, bukan? Jauh lebih ringan, bahkan seringkali sangat menyenangkan.
Lalu bagaimana seyogianya kita menyikapi sebuah pujian atau sanjungan sehingga dapat mengambil manfaat terbaik darinya?
Pertama, hendaknya kita bersikap rasional dan menghindari sikap emosional dalam menghadapi pujian. Tenanglah, jangan pernah mabuk karena pujian. Jangan lupa daratan lantaran sanjungan.
Kedua, pujian yang benar adalah pujian yang berdasarkan kenyataan atau fakta yang ada. Kalau kita, misalnya, berhasil mendapatkan nilai tertinggi di kelas, dan ada orang yang memberikan pujian dengan mengatakan "kamu hebat", Â tentu menyenangkan sekaligus faktual.
Ketiga, harus diperhatikan bahwa ada pujian yang berisi sanjungan yang berlebihan sehingga banyak bohongnya karena ada maksud tertentu di balik sanjungannya. Sebuah sanjungan yang tidak faktual. Pujian palsu!
Keempat, berikan respons terhadap setiap pujian dengan sikap positif dan ambil nilai positifnya. Jangan lupa katakan terima kasih, bersikaplah biasa saja, dan lanjutkan perjalanan.
Jadikan pujian sebagai pelecut semangat untuk berbuat lebih baik lagi, sebagaimana juga kita perlakukan terhadap kritik yang dilontarkan kepada kita.
Baik kritik maupun pujian dapat menjadi pemantik semangat untuk menjadi pribadi yang lebih baik lagi. Sebaliknya, pujian dan kritik bisa menjadi batu sandungan yang menjatuhkan kita jika kita tidak bijak menyikapinya.
Sikapi kritik dan pujian secara arif, maka kita akan selamat dalam perjalanan meraih cita-cita.
(I Ketut Suweca, 31 Januari 2021).
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H