Diri yang Terbatas dan Melihat Jalan Terang
Ketujuh, menyadari keterbatasan diri. Manusia memang makhluk ciptaan Tuhan yang paling sempurna jika dibandingkan dengan makhluk lain seperti binatang atau tumbuh-tumbuhan.
Akan tetapi, dibandingkan dengan Tuhan, manusia bukanlah apa-apa. Karena, manusia adalah makhluk ciptaanNya. Manusia masih jauh dari sempurna.
Nah, dengan senantiasa bersyukur, maka kita akan segera menyadari ketidaksempurnaan itu sekaligus mengakui bahwa dalam perjalanan hidup ini, kita senantiasa didampingi olehNya.
Kedelapan, melihat lebih terang apa yang sudah menjadi milik kita. Manusia terkadang merasa tidak pernah puas dengan apa yang dimilikinya dalam hidup ini.
Manusia lupa bahwa sudah banyak hal yang dimilikinya. Tetapi, matanya dibutakan oleh banyaknya keinginan. Keinginan demi keinginan yang tiada pernah habisnya. Padahal, sesungguhnya, jika mau dirinci, betapa banyak hal yang sudah dimilikinya. Kewajiban manusialah untuk melihatnya dengan saksama.
Berhenti Mengeluh dan Tenangkan Hati
Kesembilan, berhenti berkeluh-kesah. Karena keinginannya tidak pernah dikontrol dan beberapa diantaranya mengalami hambatan dan kerugian, maka manusia pun berkeluh-kesah. Ia mengeluhkan tidak punya ini, tak punya itu, si anu begini dan si anu begitu.
Semuanya terasa serba tidak memuaskan, sehingga semuanya pantas dikeluhkan. Maka, kehidupannya pun terdiri dari deretan keluhan yang tak pernah berakhir. Dengan sering bersyukur, kebiasaan mengeluh itu lambat laun akan berkurang.
Kesepuluh, menenangkan hati dan pikiran. Terkadang kita suka terburu-buru dalam hidup ini, mengejar segala sesuatu agar segera kita bisa miliki.
Tetapi, dengan rajin bersyukur, mungkin kita akan memilih berhenti sejenak, lalu bertanya kepada diri sendiri, begitu pentingkah hal atau sesuatu yang kita kejar itu? Apakah hal itu benar-benar kita butuhkan di dalam hidup ini?