Saya jawab dengan sekenanya, setengah berbisik, "Nggak mungkinlah. Semuanya sudah diperhitungkan. Tangki pesawat sudah dua sampai tiga kali lipat diisi bahan bakar. Jadi, jauh lebih dari cukup."
Memanjatkan Doa
Di deretan kursi yang lain samar-samar saya perhatikan seorang ibu yang telah berumur sedang berdoa. Bibirnya komat-kamit dan matanya terpejam.
Agaknya, pada setiap kali mulai naik pesawat kebanyakan penumpang akan berdoa di dalam hati dengan permohonan agar selamat dalam penerbangan. Saya pun demikian.
Setiap kali naik pesawat saya tak pernah lupa mengawali penerbangan dengan berdoa dan saat mendarat dengan bersyukur bisa tiba dengan selamat. Selebihnya, saya serahkan saja kepada Tuhan. Nyawa saya adalah milikNya jua.
Kembali ke Bandara Ngurah Rai
Begitulah, pesawat masih berputar-putar di udara dan tak lama kemudian ada informasi dari pilot. Pilot mengatakan bahwa pesawat akan kembali ke bandara I Gusti Ngurah Rai di Denpasar karena tidak dimungkinkan mendarat di bandara Juanda. Waduh!
Rasa berputar-putar sebelumnya berganti dengan pergerakan pesawat yang lurus. Dari sini saya memperkirakan bahwa pesawat sedang meluncur kembali ke Bali, sesuai dengan informasi dari pilot juga.
Kembali ke Juanda
Namun, apa yang terjadi saat pesawat beberapa lama terbang ke Bali? Pilot mengumumkan bahwa hujan dan angin di sekitar bandara Juanda sudah jauh berkurang sehingga memungkinkan pesawat untuk mendarat. "Kita akan kembali ke Bandara Juanda," ucap pilot melalui pengeras suara.