Kasus terbaru yang memprihatinkan kita semua berkaitan dengan dunia penerbangan udara adalah kasus yang menimpa pesawat penumpang Sriwijaya Air. Tentu kita turut berbelasungkawa atas meninggalnya banyak penumpang dan awak pesawat dalam peristiwa kecelakaan pesawat jenis Boeing 737-500 itu.
Semoga arwah korban diterima di sisi Tuhan dan keluarga yang ditinggalkan diberikan ketabahan menghadapi cobaan berat ini.
Pesawat Terguncang
Mendengar dan membaca berita tentang kasus yang menimpa Sriwijaya Air di dekat kepulauan Seribu itu, saya jadi teringat dengan pengalaman panjang menumpang pesawat ke berbagai tujuan di Indonesia untuk kepentingan kedinasan.
Pesawat yang terguncang-guncang karena perubahan tekanan udara atau pesawat seperti sedang berjalan di atas batu kerikil, sering saya alami.
Kalau bepergian jauh antarpulau saya memilih menggunakan pesawat udara daripada melalui darat. Hanya untuk jarak yang relatif dekat saja saya menggunakan angkutan darat, seperti misalnya dari Bali ke Mataram, Lombok serta ke Banyuwangi dan Lumajang, di Jawa Timur.
Diklat di Surabaya
Nah, saya akan awali kisah ini saat mengikuti pendidikan dan pelatihan di Surabaya tahun 2013. Ya, sekitar 8 tahun yang lalu. Saya bersama tiga sahabat di pemerintahan ditunjuk untuk mengikuti pendidikan di Surabaya selama 3 bulan. Nama pendidikannya adalah Diklat Pimpinan Tingkat II.
Kendati pendidikan itu lumayan lama, tetap saja saya bisa menikmatinya. Betapa tidak! Di situ saya bisa bertemu dengan banyak sahabat seprofesi dari berbagai daerah. Mereka hadir dari seluruh Indonesia. Ada sahabat dari Papua, Sulawesi, Sumatera, Kalimantan, dan yang terbanyak dari wilayah Jawa.
Kami berbaur sedemikian rupa, saling mendukung satu sama lain. Mengikuti proses pembelajaran yang panjang, diskusi hangat dan terukur, tugas lapangan, bercanda, dan membuat presentasi yang tak ada habisnya.