Mohon tunggu...
I Ketut Suweca
I Ketut Suweca Mohon Tunggu... Dosen - Dosen - Pencinta Dunia Literasi

Kecintaannya pada dunia literasi membawanya suntuk berkiprah di bidang penulisan artikel dan buku. Baginya, hidup yang berguna adalah hidup dengan berbagi kebaikan, antara lain, melalui karya tulis.

Selanjutnya

Tutup

Money Pilihan

Jangan (Pernah) Abaikan Tiga "Investasi" Penting Ini!

28 Desember 2020   04:42 Diperbarui: 28 Desember 2020   05:24 628
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pentingnya networking (dok.pribadi)

Setiap kali membicarakan perihal investasi, apa yang pertama-tama muncul dalam pikiran kita? Mungkin saham, reksadana, properti, emas, atau deposito? Seperti inilah yang terbayang begitu kita mendengar kata investasi.

Investasi selalu dikaitkan dengan penanaman modal atau sejumlah uang yang dikumpulkan dan dikelola sedemikian rupa agar tumbuh dan berkembang dan beranak-pinak menjadi besar dan akan dipetik pada waktunya nanti.

Hasilnya yang berlipat-lipat pada suatu saat kelak diharapkan akan membawa masa depan atau masa tua sang investor menjadi aman secara finansial.

Tiga Investasi Terpenting

Di luar itu, ada tiga investasi penting yang jauh lebih tinggi nilainya daripada sekadar keuntungan yang diukur dengan uang.  Apakah itu?

Namanya adalah modal sosial (social capital). Francis Fukuyama, adalah salah seorang pakar yang memperkenalkan istilah modal sosial ini.

Modal sosial dirinci menjadi tiga bagian utama, yaitu norms, trust, dan networking. Tak hanya Fukuyama, teori modal sosial dikembangkan pula oleh para pakar lainnya. Ahli lain tentang modal sosial antara lain Bourdieu, Putman, Prusak, dan Cohen.

Lalu, apa kaitan modal sosial ini dengan investasi? Mari kita bahas lebih lanjut.

Ketiga modal sosial yang disebutkan oleh Fukuyama dkk. itu sejatinya merupakan "investasi" yang sangat berharga, jika tidak boleh disebut sebagai investasi paling berharga.

Norma adalah yang Pertama

Pertama, norms atau norma-norma. Norms diindonesiakan menjadi norma-norma merupakan nilai-nilai yang dipedomani dalam kehidupan.

Ada berbagai norma yang berlaku dan dijaga dalam kehidupan masyarakat, seperti norma agama, norma kesusilaan, dan norma hukum.

Ada yang berbentuk semacam kebiasaan, adat-istiadat, ada pula yang berbentuk aturan hukum yang bersanksi tegas dan mengikat.

Norma inilah yang menjadi pegangan bagi siapa pun dalam berpikir, berkata, dan berbuat dalam hubungannya dengan orang lain atau antarsesama.

Orang yang melanggar norma bisa dikatakan tidak tahu sopan-santun, tidak tahu etiket, sampai tak tahu adat.

Kalau pelanggarannya serius, bukan tidak mungkin yang bersangkutan akan dikenai sanksi sesuai dengan adat atau hukum yang berlaku di daerah atau wilayah setempat.

Jadi, norma ini menjadi salah satu modal sosial yang mesti dipegang agar lancar dan selamat dalam berhubungan dengan sesama manusia dan pergaulan dengan siapa pun.

Pelanggaran atau pengabaian terhadap norma akan menjadi bumerang bagi si empunya. Maka, siapa pun yang ingin diterima dalam pergaulan dan dalam hidup pada umumnya, dia mesti berpegang teguh pada norma-norma yang berlaku di lingkungan masyarakat.

Kepercayaan Itu Demikian Penting

Kedua, trust atau kepercayaan. Kalau seorang karyawan sebuah perusahaan, tidak mendapatkan kepercayaan dari atasan untuk suatu tugas, apa yang kita rasakan? Padahal, mungkin kita merasa mampu mengerjakan suatu tugas.

Tentu saja ketidakpercayaan itu ada alasannya. Mungkin karena kemampuan yang bersangkutan belum memadai, mungkin karena atasan masih ragu memberikannya. Atau, ia pernah mengkhianati kepercayaan yang pernah diberikan sebelumnya.

Kepercayaan itu sulit diperloleh. Sulit juga mempertahankannya. Oleh karena itu, kepercayaan itu mesti dijaga.

Jika kepercayaan yang diberikan itu bisa dijaga, maka dia akan bertambah dengan pemberian kepercayaan pada hal-hal lain yang lebih besar.  

Sebaliknya, jika dilanggar, maka kepercayaan itu mudah sekali lenyap dan amat sulit mendapatkannya kembali. Sebuah ungkapan menyebutkan: sekali lancung ke ujian, seumur hidup orang tak percaya.

Sebelum memberikan kepercayaan yang besar, pada umumnya si pemberi kepercayaan akan mencoba memberi kepercayaan melalui tugas atau pekerjaan yang kecil atau sederhana terlebih dahulu.

Begitu dilakukan secara bertahap sampai dia yakin bahwa seseorang memang layak dipercaya untuk pekerjaan atau tanggung jawab yang lebih besar.

Jadi, di dalamnya ada unsur seleksi yang barangkali tidak diketahui yang dilakukan oleh sang pemberi kepercayaan terhadap si penerima.

Begitu seseorang melihat perkembangan yang bagus terhadap kepercayaan yang diberikan dan menilai bahwa orang dimaksud benar-benar bisa dipercaya, maka ia tak akan ragu memberikan kepercayaan yang lebih besar dan lebih besar lagi setelahnya.

Nah, setelah mendapat kepercayaan yang membesar itu, si pemegang kepercayaan jangan sampai lupa diri, menjadi sombong, atau menyalahgunakan kepercayaan untuk menguntungkan diri sendiri dengan jalan yang tidak terpuji.

Jaringan, Seperti Apa?

Ketiga, networking atau jaringan. Dasar dari networking adalah hubungan dalam pergaulan. Pergaulan yang luas dan positif pada umumnya  akan berdampak baik pada seseorang.

Networking ini adalah jalinan hubungan dengan banyak orang yang bermanfaat tak hanya saat ini bahkan juga untuk masa depan.

Dengan jaringan, kita bisa bekerjasama dalam mengembangkan bisnis atau pekerjaan. Dengan nerworking, kita bisa membantu sesama secara bersama-sama, dan dengan jaringan pula kita bisa mengembangkan karier menjadi lebih baik.

Dalam kaitannya dengan jaringan ini, banyak kita lihat kelompok atau organisasi yang sengaja dibentuk untuk memperkuat hubungan di antara mereka dengan latar belakang tertentu.  

Misalnya, ada networking alumni sebuah sekolah atau perguruan tinggi, networking alumni sekolah kedinasan. Juga, ada jaringan yang dibentuk ke dalam organisasi profesi, seperti IDI, PHRI, HIMPSI, dan lainnya.  

Ada pula kelompok networking berdasarkan kiprah kaum muda, seperti FKPPI, AMPI, KOSGORO, KNPI, dan lainnya. Organisasi intrakampus juga ada seperti BEM, HMJ, Senat, dan kelompok-kelompok belajar berdasarkan kesamaan peminatan.

Kebahagiaan Lahir-Batin

Semua jenis jaringan tersebut dibentuk untuk meningkatkan konektivitas agar sesama anggota mendapatkan manfaatnya.

Dengan penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa perpaduan ketiga unsur modal sosial berupa norms (norma), trust (kepercayaan) dan networking (jaringan) menjadi investasi terpenting guna membina pergaulan dan meraih kemajuan dalam kehidupan.

Kalau investasi, seperti saham, obligasi, properti, dan sejenisnya itu lebih mengarah pada keuntungan finansial, maka investasi di modal sosial membawa kita pada kebahagiaan lahir dan batin, sekala dan niskala.

( I Ketut Suweca, 28 Desember 2020).

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun