Pertama, ia bisa mengikuti jalan cerita tulisan fiksi itu, baik cerpen, novel, dan sebagainya. Dari sisi kandungan cerita, si pembaca akan mendapatkan wawasan.
Kedua, ia akan mendapatkan kosakata ala sastrawan. Kosakata yang relatif berbeda dengan perbendaharaan kata yang biasanya dia pilih dan pakai dalam penulisan. Nah, kosakata ini menjadikannya lebih lebih kaya dalam bahasa tulis.
Ketiga, dia akan mendapatkan gaya bahasa atau gaya pengungkapan yang beragam. Misalnya, bagaimana penulis fiksi membuat analogi, personifikasi, dan lainnya. Ini sungguh memperkaya khasanah daya ungkap si pembaca yang penulis nonfiksi.
Kalau demikian halnya, apakah penulis nonfiksi, seperti penulis opini, perlu membaca buku-buku fiksi? Jawabannya, jelas, sangat perlu.
Dengan membaca buku-buku sastra, maka ia  memperluas kemampuan berbahasanya. Dari situ ia bisa menuliskan gagasannya dengan lebih baik. Tidak hanya lebih baik, juga lebih legit dibaca.
(I Ketut Suweca, 24 Desember 2020).