Bagian terakhir ini membuat saya tersenyum sendiri. Penulis mengandaikan semangat yang timbul-tenggelam tak bedanya dengan kegundahan hati seorang perawan.
Ah, saya masih harus melanjutkan membaca cerpen-cerpen berikutnya di dalam buku itu.
Kendati tidak begitu banyak membaca buku sastra atau fiksi, tetapi saya sejak lama menyukai bacaan bergenre ini. Beberapa buku novel yang saya beli sejak dulu saya nikmati di kala waktu senggang.Â
Kombinasi bacaan dari buku nonfiksi (ilmu pengetahuan) dan fiksi, memperkaya batin pembacanya. Saya yakin itu.
Dua Genre Utama
Genre tulisan dibagi menjadi dua bidang utama, yaitu fiksi dan nonfiksi. Fiksi adalah jenis tulisan yang mengedepankan data, fakta, opini, informasi lainnya.
Sedangkan, tulisan fiksi menekankan pada imajinasi, daya khayal, dan kemampuan mengolah diksi dalam sastra.
Nah, kedua genre itu sudah jelas berbeda. Pertanyaannya, perlukan seorang penulis di kelompok nonfiksi dengan segala jenisnya itu membaca buku atau tulisan fiksi seperti novel, puisi, cerpen, dan lainnya?
Tidakkah ia akan bingung dengan genre yang diikutinya, menulis fiksi bisa bergaya nonfiksi. Menulis nonfikasi bergaya fiksi? Tetapi, layakkah hal ini dikhawatirkan?
Pertanyaan itu mungkin akan muncul dan menguat apabila ada penulis atau pengarang yang menggalinya lebih dalam.
Saya berpendapat, saling mengunjungi antartulisan genre yang berbeda tidaklah masalah. Bahkan, itu bisa memperkaya wawasan sang penulis. Mengapa?
Kalau penulis nonfiksi rajin membaca buku-buku fiksi, maka ia akan mendapatkan beberapa manfaat.