Mohon tunggu...
I Ketut Suweca
I Ketut Suweca Mohon Tunggu... Dosen - Dosen - Pencinta Dunia Literasi

Kecintaannya pada dunia literasi membawanya suntuk berkiprah di bidang penulisan artikel dan buku. Baginya, hidup yang berguna adalah hidup dengan berbagi kebaikan, antara lain, melalui karya tulis.

Selanjutnya

Tutup

Financial Artikel Utama

Merancang Resolusi Finansial 2021, Apa yang Perlu Dipertimbangkan?

19 Desember 2020   10:16 Diperbarui: 21 Desember 2020   19:00 1082
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi resolusi keuangan (Sumber: www.istockphoto.com)

Tahun 2020 akan segera berakhir. Kini kita menunggu beberapa lama lagi saat kalender 2020 berakhir dan ditutup dan kalender 2021 dibuka dan dimulai.

Seperti pada umumnya dilakukan, orang membuat resolusi, baik tertulis maupun tidak tertulis, untuk setahun ke depan. Berbagai aspek resolusi dipersiapkan, tak terkecuali di bidang finansial.

Tulisan ini diturunkan untuk membahas lebih lanjut resolusi finansial tahun 2021 itu. Memberi sedikit pertimbangan yang masuk akal, apa sih hal-hal utama yang seyogianya kita pertimbangkan saat menyusunnya, apalagi berkenaan dengan adanya pandemi Covid-19 yang belum juga menunjukkan tanda-tanda berhenti.

Ada beberapa hal yang menurut saya patut diperhatikan. Lima di antaranya adalah sebagaimana saya paparkan berikut ini:

Tambah Penghasilan
Pertama, sebisanya carilah tambahan penghasilan. Kondisi finansial terpuruk seperti saat ini mengakibatkan sebagian masyarakat merasakan dampak langsung maupun tak langsungnya.

Banyak pekerja pariwisata yang dirumahkan. Mereka kembali pulang kampung dan mengambil pekerjaan apa saja asal halal untuk menghidupi keluarga.

Beberapa di antaranya ada yang bergerak di bisnis kuliner dan menjualnya secara online. Jadi, mereka berkerja dari rumah. Makanan diproduksi di rumah, dikemas sedemikian rupa, lalu dibawa langsung ke alamat jika dekat, melalui kurir jika jauh.

Kesulitan finansial yang mendera masyarakat mengharuskan mereka aktif dan kreatif jika tak ingin kelaparan. Kendati ada bantuan Pemerintah, hal itu tentu tak boleh diandalkan benar apalagi hanya diberikan dalam jumlah dan waktu yang sangat terbatas.

Jadi mengupayakan tambahan penghasilan adalah jalan yang bisa ditempuh untuk tetap bisa meneruskan kehidupan. Bagi yang berhasil, masa pandemi seperti ini bisa menjadi sumber penghasilan yang layak untuk diteruskan kendati pandemi nantinya  sudah berlalu.

Bahkan beberapa dari mereka yang sangat ulet berhasil menabung atau mengumpulkan modal untuk mempersiapkan masa depan, apakah itu yang berkaitan dengan bisnis maupun pendidikan anak-anak. Sebuah capaian dan semangat yang pantas diacungi jempol.

Batasi Berutang
Kedua, batasi berutang. Utang adalah tagihan yang mesti dibayar. Utang adalah cara untuk menambah atau menambal kebutuhan. 

Bisa jadi utang itu dipakai untuk hal-hal yang konsumtif. Bisa pula berutang dilakukan untuk menambah permodalan dalam menggerakkan bisnis.

Sebaik-baiknya utang adalah yang dipakai untuk kegiatan produktif. Utang semata-mata dimanfaatkan untuk menghasilkan uang lebih banyak lagi, untuk lebih produktif. Janganlah hendaknya utang untuk kebutuhan konsumsi sehari-hari.

Utang untuk hal-hal konsumtif seringkali berakumulasi seperti bola salju. Utang itu akan terus membesar, sementara kemampuan membayar si peminjam sangat terbatas.

Saya mengenal seseorang yang secara rutin berutang, bukan untuk hal yang produktif, melainkan untuk konsumsi. Alhasil, lambat-laun utangnya semakin bertambah, karena ia terus melakukan kompensasi atau penambahan jumlah pinjaman hampir setiap tahun.

Kalau mesti berutang, maka utang itu diharapkan untuk sesuatu yang menghasilkan lebih banyak uang sehingga si peminjam (kreditur) akan mudah mencicilnya,  termasuk membayar bunga bulanan dan modal usaha atau investasi pun semakin besar. Jadi, arahkan ke berbagai bentuk investasi yang diminati.

"Utang yang cerdik adalah uang yang Anda pinjam untuk menghasilkan uang yang lebih banyak," tulis Dr. David J. Schwartz dalam The Magic of Thinking Success. 

Ilustrasi Menyusun Resolusi 2021 (Sumber: officewomen.erpaycambalkon.com )
Ilustrasi Menyusun Resolusi 2021 (Sumber: officewomen.erpaycambalkon.com )

Pola Hidup Sederhana
Ketiga, hidup sederhana. Hal ini sudah beberapa kali ditulis oleh sahabat kompasianer di sini. Hidup sederhana mengajarkan kita untuk berpola hidup sesuai dengan kebutuhan saja. Tidak tergoda untuk membeli barang apa pun yang tidak benar-benar kita butuhkan.

Bagaimana melihat hal ini dengan lebih logis? Hal ini bisa kita lihat pada barang-barang dan kebutuhan lain yang selama ini kita beli.

Pertanyaan yang bisa diajukan, apakah barang-barang itu benar-benar perlu dan akan kita manfaatkan dalam keseharian? Tidakkah barang itu klatak-kletek di sana atau di sini tanpa guna?

Hal-hal seperti itulah yang, antara lain, patut kita cermati sehingga kita tak membuang-buang uang untuk membeli barang atau lainnya yang tidak berguna. Sayang, bukan, sebuah barang yang sudah dibeli, lalu di rumah tidak dipakai dan memakan tempat pula.

Tentang hal ini bisa dibaca dalam buku Seni Hidup Minimalis karya Francine Jay, sebuah buku terjemahan terbitan Gramedia.

Buku ini menjelaskan betapa pola hidup sederhana membuat hidup kita lebih nyaman, lebih tenang, dan leluasa tanpa terikat dan terbebani oleh barang-barang yang berlebih.

Prioritaskan Hanya pada Hal yang Pokok
Keempat, fokus pada hal-hal pokok. Kalau ada buku Sebuah Seni untuk Bersikap Bodo Amat karya Mark Manson -- yang sudah sempat saya resensi pada artikel sebelumnya, dalam kehidupan "bersikap bodo amat" terhadap hal-hal yang bukan prioritas sangat dibutuhkan.

Apakah prioritas kehidupan kita setahun ke depan? Pendidikan untuk diri sendiri dan anak-anak, memiliki tempat tinggal, dan mengembangkan usaha? Fokuslah ke arah itu. Hal-hal lain tak berkaitan langsung dengan tujuan atau prioritas utama, kesampingkan saja.

Dengan menerapkan skala prioritas, maka segala sumberdaya yang kita miliki bisa terfokus ke sana. Waktu, tenaga, uang, pemikiran diarahkan pada hal-hal yang menjadi prioritas atas.

Dengan melakukan itu, secara tidak langsung, kita sudah menjaga diri untuk menghindari kegiatan atau hal-hal yang tidak perlu dan yang tidak signifikan mempengaruhi kemajuan dalam hidup kita.

Yang paling penting bagi kita adalah miliki komitmen untuk menjalani hidup sederhana dengan hanya memprioritaskan kegiatan atau hal-hal yang berhubungan langsung dengan hidup kita.

Jangan hendaknya kita lekas tergoda dengan yang lainnya. Jika hal itu dilakukan juga, maka tujuan utama kita untuk mencapai kehidupan yang lebih baik akan lenyap bersamaan dengan perputaran waktu.

Jangan-jangan kita sudah menambah utang lagi sehingga hidup semakin berat dan merasa hidup semakin terjepit.

Kita sambut tahun 2021 dengan resolusi finansial dengan desain yang  cermat, realistis, efisien, dan efektif. Mari...

( I Ketut Suweca, 19 Desember 2020).

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Financial Selengkapnya
Lihat Financial Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun