Lantas, apa makna loyo dalam konteks menulis. Orang yang loyo dalam menulis adalah ia yang tidak memiliki semangat, merasa tidak berdaya ketika ingin menulis. Dengan kata lain, kegairahan menulisnya nyaris tidak ada.
Terhadap persoalan ini, diperlukan semangat (spirit). Perlu ada orang lain yang menyemangati dan perlu pula menyemangati diri sendiri.
Gabungan kedua penyemangat itu akan menjadi "obat kuat" yang membawa si penulis pada gairah yang meningkat untuk menuangkan ide-ide yang dimilikinya.
Merasa Kekurangan Gagasan
Kedua, merasa kekurangan  gagasan. Seperti sudah beberapa kali saya sampaikan pada artikel sebelumnya, kekurangan ide itu seharusnya tidak perlu terjadi. Mengapa? Karena, di sekitar kita ada banyak sekali hal yang bisa ditulis.
Syaratnya, kita bersedia mengamati segala sesuatu di sekitar kita. Akan ada saja ide yang bisa ditemukan setiap harinya apabila kita rajin "menangkap" makna di balik berbagai kejadian, peristiwa, fenomena, perilaku, dan dinamika kehidupan.
Banyak hal yang bisa membuat kita terinspirasi. Banyak hal yang bisa membuat kita mendapatkan gagasan untuk ditulis. Yang diperlukan adalah ngeh.
Cara lain yang paling populer yang bisa dilakukan adalah dengan membaca. Membaca dalam arti luas dengan beragam sumber yang ada.
Bisa membaca buku, majalah, koran, tulisan di blog, jurnal, berita, dan banyak lagi yang lainnya. Berbagai bahan bacaan itu memberikan kita tambahan pengetahuan dan informasi.
Dan, terhadap pengetahuan atau informasi itu, boleh jadi kita memiliki pandangan tersendiri. Nah, mengapa pandangan kita itu tidak kita tulis saja?
Selain itu, kita juga bisa melibatkan diri dalam diskusi atau obrolan dengan kawan-kawan. Dari obrolan itu, mungkin ada ide yang bermunculan. Bisa saja tercetus gagasan baru yang belum pernah terpikir sebelumnya.Â