Mohon tunggu...
I Ketut Suweca
I Ketut Suweca Mohon Tunggu... Dosen - Dosen - Pencinta Dunia Literasi

Kecintaannya pada dunia literasi membawanya suntuk berkiprah di bidang penulisan artikel dan buku. Baginya, hidup yang berguna adalah hidup dengan berbagi kebaikan, antara lain, melalui karya tulis.

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Pesan Whatsapp Mahasiswa, "Selamat Hari Guru, Bapak."

30 November 2020   18:12 Diperbarui: 30 November 2020   20:16 305
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi mahasiswa belajar  mandiri (worldofwp.com)

Ujian Tengah Seester (UTS) sudah saya persiapkan. Pada semester ini saya memegang dua mata kuliah di empat kelas di sebuah perguruan tinggi negeri. Mata kuliah Pendidikan Pancasila dan mata kuliah Komunikasi Pembangunan. Jadi, UTS sekaligus untuk keempat kelas itu.

Sebelum menggelar ujian, saya sempat berembug dengan para ketua kelas/korti  keempat kelas menyangkut media apa yang akan kami pergunakan saat ujian tersebut. Kami pun sepakat menggunakan google form.

Setiap materi ujian berisi lima pertanyaan, semuanya esai, menjelaskan. Dengan model soal esai, saya berharap bisa mengeksplorasi pengetahuan mahasiswa terhadap setiap soal yang tersedia.

Sembari  mempersiapkan soal ujian, saya membayangkan mahasiswa yang selama ini belajar melalui daring, tanpa luring. Sungguh saya khawatir akan pemahaman mereka tanpa melalui tatap muka secara intensif seperti kami lakukan sebelum Covid-19.

Lima Pertanyaan

Akhirnya, dari lima pertanyaan yang saya susun, ada dua soal yang jawabannya ada di dalam power point yang saya sampaikan kepada mereka dalam proses pembelajaran. Tinggal mereka mengembangkankan jawaban dengan bahasa sendiri.

Tiga lainnya adalah pertanyaan tentang pendapat mereka mengenai suatu permasalahan: "Apa pendapat Saudara tentang..."  Begitulah kurang-lebih.

Saya berikan tenggat waktu mengumpulkan jawaban melalui google form sampai dengan 2 hari. Tetapi, belum sampai dua hari, semua mahasiswa sudah bisa menyelesaikan jawaban dan mengirimkannya.

Ucapan Selamat Hari Guru

Ilustrasi mahasiswa di kampus (flickr.com) 
Ilustrasi mahasiswa di kampus (flickr.com) 
Di awal perkuliahan kami sudah membuat whatsapp group. Para ketua kelas atau korti menjadi admin-nya. Melalui WA group inilah kami saling berkomunikasi ikhwal perkuliahan.

Tiba-tiba, sehari menjelang dan tepat pada Hari Guru Nasional, 25 November 2020, melalui WA group tersebut, saya dapatkan banyak pesan yang disampaikan oleh para mahasiswa.

Isinya, "Selamat hari Guru, Bapak. Semoga tak pernah bosan membimbing kami." Begitulah inti isi pesan yang disampaikan dengan beberapa variasi sesuai gaya setiap mahasiswa.

Mendapatkan pesan-pesan seperti itu, saya sungguh merasa terharu. Mereka begitu peduli dan santun.

Saya jadi tercenung setelah membaca pesan mereka. Muncul sederet pertanyaan di dalam hati. Sudahkah saya melayani mereka dengan baik? Sudahkah saya bekerja sebagai guru dengan ketulusan hati? Apakah saya sudah memberikan yang terbaik?

Selama beberapa tahun menjadi pengajar, di luar tugas dinas di pemerintahan, saya merasa masih harus banyak belajar.

Tidak hanya mesti belajar dari buku-buku perkuliahan, tak hanya harus belajar membuat presentasi agar menarik dan mudah dipahami, bahkan terutama belajar dan berupaya  menjadi pendidik yang bekerja dan melayani dengan tulus.

Ilustrasi belajar bersama (additudemag.com) 
Ilustrasi belajar bersama (additudemag.com) 

Beberapa Pertanyaan

Dalam hati selalu ada dorongan untuk meningkatkan ilmu pengetahuan diri ini sehingga bisa memberi hal yang lebih baik juga kepada para mahasiswa.

Dalam hati ada niat bekerja untuk mereka dengan setulus-tulusnya. Mendorong mahasiswa untuk bersemangat dan berjuang mencapai kemampuan dan prestasi terbaiknya.

Dalam berbagai kesempatan, saya mengajak mahasiswa untuk menanyakan kepada diri sendiri: Untuk apa kuliah? Untuk mendapatkan gelar atau untuk meraih ilmu?

Saya mendorong mereka untuk belajar secara bersungguh-sungguh. Memotivasi mereka agar bisa menimba ilmu pengetahuan di kampus dengan sebaik-baknnya.  Kuliah bukan melulu bertujuan meraih gelar, melainkan terutama untuk meraih ilmu pengetahuan.

Jika hanya gelar yang dikejar, bukan tidak mungkin penguasaan ilmu akan dikesampingkan. Nah, ketika sudah menjadi sarjana dan mereka ternyata tidak memiliki kemampuan yang diharapkan, bukan tidak mungkin mereka akan menjadi bahan olok-olok orang lain.  

Kata-kata, "Hanya seperti inikah kemampuan seorang sarjana?" tentu sangat menyakitkan. Sebaliknya, ucapan bernada pujian, "Nah, ini baru sarjana berkualitas!" tentu yang kita harapkan.

Selalu Belajar dan Bertanya

Menjadi guru tidak hanya menuntut kita mengajar dan mengerjakan tugas lainnya di sekolah atau perguruan tinggi. Memegang stautus sebagai guru menuntut kita untuk selalu belajar dan belajar agar bisa menjadi insan yang lebih baik dan lebih baik lagi dalam bidang yang kita ampu.

Di samping, itu, kita pun mesti selalu bertanya dan menjawab pertanyaan filosofis ini: sudahkah saya memberikan yang terbaik yang saya bisa kepada mahasiswa atau siswa  dilandasi dengan ketulusan hati?

Di tangan guru terletak masa depan generasi bangsa ini. Selamat Hari Guru Nasional 2020 untuk para guru yang tergabung di dalam rumah besar kompasiana.

( I Ketut Suweca, 30 November 2020).

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun