Utang yang tak dimanfaatkan dengan baik hanya akan menjadi bumerang bagi si pengutang! Inilah yang perlu diperhatikan oleh para kreditur (peminjam).
Pada umumnya utang yang relatif besar diwajibkan menyertakan agunan (warranty). Nah, jika kita tak bisa mencicil utang, bukan tidak mungkin agunan tersebut bisa diambil oleh lembaga pemberi pinjaman (debitur).
Disiplin dalam Penggunaan Utang
Keempat, disiplin dalam penggunaan utang. Ketika mendapatkan pinjaman  uang di bank atau koperasi, bagi sebagian orang mungkin akan merasa senang. Mereka tiba-tiba saja memiliki banyak uang.
Saking senangnya melihat uang seabrek, pikiran pun bisa bermacam-macam. Sampai di sini, saya teringat dengan seorang sahabat yang sering berutang, baik di bank maupun di koperasi. Belum genap setahun meminjam dia akan melakukan peminjaman ulang dengan jumlah yang lebih banyak. Istilahnya, melakukan kompensasi.
Mau tahu uang itu dipakai untuk apa? Tiada lain, dipakai untuk modal mengikuti sabungan ayam, karena ia pencinta sabungan ayam sejak lama. Di samping itu, ia juga doyan minum-minum di cafe, mencari hiburan.Â
 Akibatnya, tak lama kemudian uang pinjamannya  habis dengan cara seperti itu.
Ini contoh yang agak ekstrem tetapi nyata adanya dalam kehidupan. Mungkin hal yang hampir sama juga ada di sekitar kita.
Pengutang Cerdas dan Bodoh
Perlu digarisbawahi bahwa sama sekali tidak ada larangan untuk berutang. Kita bisa berutang di lembaga keuangan seperti di perbankan, di koperasi, atau meminjam kepada perorangan.
Hanya, yang perlu diperhatikan adalah keperluan peminjaman itu: apakah untuk sesuatu yang produktif dan bermanfaat? Jangan meminjam uang hanya untuk tujuan konsumtif, apalagi untuk berfoya-foya.