Mohon tunggu...
I Ketut Suweca
I Ketut Suweca Mohon Tunggu... Dosen - Dosen - Pencinta Dunia Literasi

Kecintaannya pada dunia literasi membawanya suntuk berkiprah di bidang penulisan artikel dan buku. Baginya, hidup yang berguna adalah hidup dengan berbagi kebaikan, antara lain, melalui karya tulis.

Selanjutnya

Tutup

Hobby Pilihan

Menulis, Utamakan Kuantitas atau Kualitas?

5 November 2020   14:39 Diperbarui: 5 November 2020   14:50 329
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi menulis (weheartit.com)

Ada tiga pilihan dalam menulis, apakah kita akan mengejar kualitas, kuantitas, atau kedua-duanya? Pertanyaan inilah yang (seyogianya) menjadi pemikiran para penulis, termasuk penulis di kompasiana.

Mengutamakan Kuantitas

Pilihan pertama adalah menulis dengan mengutamakan kuantitas. Kita mengejar target: bagaimana caranya agar bisa menulis sebanyak-banyaknya. Kita menantang diri sendiri, bisakah saya menulis sekian banyak dalam satu bulan!

Saya sepakat kalau kita mengejar jumlah tulisan. Dengan usaha-usaha keras kita akan bisa menulis 2 artikel bahkan lebih dalam sehari. Dalam sebulan, jika tanpa jeda, kita akan menghasilkan minimal 6o artikel. Jumlah yang terbilang banyak. Alhasil, niat kita mencapai target pun tercapai dengan gemilang.

Akan tetapi, bagi sebagian besar orang, mengejar target menulis ini mungkin akan menghadapi kendala. Diantaranya, karena dia harus mengerjakan tugas utama, tugas sampingan, tugas lainnya dalam keseharian.

Belum lagi pekerjaan rumah yang seabreg banyaknya. Maka, jika ia menuntut diri sendiri untuk menulis dan menulis dengan target yang tinggi, akan ada waktu bekerja atau istirahat yang mesti dikorbankan. Siapkah?

Bagaimana pun juga, harus kita hargai para penulis yang bisa menulis dengan menekankan pada kuantitas. Karena ada yang berprinsip: kuantitasnya dulu kita kejar, soal kualitas nanti saja.

Bersamaan dengan waktu, kualitas isi pasti mengikuti karena semakin lama semakin mahir kita menulis. Mungkin begitu dasar pemikirannya. Saya kira sama sekali tidak salah kalau kita memilih mengutamakan atau mengejar kuantitas dalam menulis.

Mengutamakan Kualitas

Pilihan kedua adalah mengedepankan kualitas. Penulis yang berada dalam kelompok ini tidak tertarik mengejar target harus sekian banyak jumlah harus artikel dalam satu bulan. Ia mengikuti tempo dirinya sendiri secara alami. Ia mengikuti kondisi diri dan kesibukannya sehingga merasa tak perlu mengejar target kuantitas.

Akan tetapi, ia tak juga semata-mata mengandalkan mood yang hadir sewaktu-waktu, melainkan dia mengalokasikan waktu yang cukup untuk belajar, termasuk meriset atau membaca bahan-bahan yang dapat memperkaya pengetahuannya.

Selama belum menulis, ia berusaha menyempatkan diri untuk terus memperkaya pengetahuan dengan berbagai cara dan dari berbagai sumber. Ketika ia sudah sreg dengan sebuah topik disertai pula dengan referensi yang memadai, barulah ia mulai menulis.

Menulis pun dilakukannya dengan pelan-pelan. Ya, perlahan-lahan. Ia tak peduli kalau ada orang yang mendorongnya menulis cepat dengan alasan agar lebih produktif.

Penulis dalam kelompok ini akan melakukan semua proses secara bertahap. Proses penyuntingan atau editing pun dilakukannya dengan pelan-pelan dan cermat. Ia emoh grasa-grusu.

Proses penyuntingan dilakukannya beberapa kali. Begitu ia selesai mengetik draft pertama, ia memilih istirahat atau melakukan hal lain untuk menjaga jarak dengan naskah itu.

Kemudian, ia duduk dan menyunting lagi. Masih belum puas juga dengan hasilnya? Ia mengambil waktu jeda lagi, sebelum melakukan penyuntingan terakhir.

Ilustrasi orang menulis (weheartit.com)
Ilustrasi orang menulis (weheartit.com)
Dengan cara itu, ia berharap karya tulis yang dihadirkannya ke hadapan sidang pembaca memiliki kualitas yang baik. Kualitas karya merupakan prioritas utama baginya.

Kuantitas atau Kualitas?

Sampai di sini, mungkin kita dibuat merenung: kalau demikian kita mengejar kualitas atau kuantitas?

Saya kira, memilih salah satu, tak ada yang keliru sama sekali. Ya, terserah kita saja sebagai penulis, mau pilih yang mana.

Pertimbangan saya, kalau kita memilih kuantitas, maka kita akan memiliki banyak artikel yang pada akhirnya menjadi kebanggaan. Dalam kurun waktu tertentu dan dengan relatif cepat, kita sudah mencapai ratusan bahkan ribuan artikel. Siapa penulis yang tidak senang?

Kuantitas menunjukkan tingkat produktivitas kita sebagai penulis, mencerminkan kesungguhan kita. Banyaknya jumlah tulisan yang berhasil kita wujudkan akan menjadi catatan dalam perjalanan di dunia penulisan.

Akan tetapi, jika kita semata-mata mengejar kuantitas atau jumlah tulisan, ada kemungkinan kualitas tulisan kita kurang mendapat perhatian. Artinya, boleh jadi kita menulis melulu untuk menulis. Gagasan yang kita sampaikan kepada pembaca akhirnya ala kadarnya saja.

Penulis yang mengutamakan kuantitas mungkin akan mengalami kendala untuk melakukan perenungan atau memikirkan dengan saksama dan mendalam terhadap materi artikel karena hal ini menyita waktu.

Dengan kata lain, kita menjadi kehilangan momentum untuk merenungkan atau menganalisis secara mendalam materi yang akan kita tulis karena dikejar batas waktu atau deadline yang kita targetkan sendiri.

Di pihak lain, bagi yang mengedepankan kualitas, mungkin tak memiliki target tertentu dalam hal jumlah. Yang penting baginya adalah setiap tulisan yang akan ditampilkan sudah melalui proses pemikiran yang benar-benar matang, yang pada umumnya cukup memakan waktu.

Secara kualitas hasilnya bisa jadi memadai bahkan sangat bagus. Sang penulis menjadi bangga dengan kualitas karyanya. Setiap kali menulis, mungkin dia berpikir bahwa tulisan itu mencerminkan siapa penulisnya; inilah menjadi landasannya bekerja. Itulah sebabnya, ia memilih mengutamakan kualitas, alih-alih kuantitas.

Nah, dari penjelasan mengenai kedua pilihan itu, muncuil pertanyaan: Anda memilih kualitas atau kuantitas? Atau, bahkan bertekad memilih keduanya? Saya mau bilang up to u saja. Selamat menulis.

(I Ketut Suweca, 5 November 2020).

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Hobby Selengkapnya
Lihat Hobby Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun