Mohon tunggu...
I Ketut Suweca
I Ketut Suweca Mohon Tunggu... Dosen - Dosen - Pencinta Dunia Literasi

Kecintaannya pada dunia literasi membawanya suntuk berkiprah di bidang penulisan artikel dan buku. Baginya, hidup yang berguna adalah hidup dengan berbagi kebaikan, antara lain, melalui karya tulis.

Selanjutnya

Tutup

Bahasa Pilihan

Menulis dalam Bingkai Cinta dan Kesederhanaan

13 Oktober 2020   18:56 Diperbarui: 17 Oktober 2020   07:42 323
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi (dok.pribadi)

Pembaca mungkin sudah bisa menduga hubungan menulis dengan cinta, bukan? Ya, benar. Menulis hendaknya dilandasi dengan pondasi yang kokoh tak tergoyahkan yang bernama cinta. Cinta yang besar terhadap kegiatan menulis memberikan kekuatan yang dahsyat.

Menulis dengan Cinta

Siapa pun melakukan pekerjaan menulis dengan cinta, maka akan mewujud dalam bentuk totalitas. Sang penulis juga akan terbawa arus dan mengalir dalam kegiatan yang dilakukannya. Ia menyatu dengan apa yang dikerjakannya.

Di samping cinta membawa si empunya mengalir dalam arus, cinta pun memberikan sebuah persyaratan yang sangat diperlukan dalam dunia penulisan yaitu ketekunan. Bukan sekadar ketekunan sesekali, melainkan ketekunan yang panjang dan ajeg. 

Menulis dengan Sederhana

Menulis yang baik adalah bertutur secara sederhana. Kesederhanaan apa dalam dunia tulis-menulis? Kederhanaan dalam pilihan kata.

Ada banyak kata yang terserak dalam perbendaharaan kata. Hampir setiap kata memiliki sinonim atau persamaan kata

Satu kata bisa memiliki lebih dari satu sinonim. Di antara sekian banyak pilihan, mana kata yang kita pilih mewakili gagasan yang hendak kita sampaikan?

Diperlukan kepiawaian dalam memilih kata yang tepat dengan konteks kalimat yang dibentuknya, sebuah persoalan diksi.

Agar tulisan mudah dipahami pembaca, maka harus dipilih kata-kata yang sederhana. Apa makna kesederhanaan itu? Tiada lain adalah kata-kata yang mudah dipahami pembaca.

Kalau pun lantaran sesuatu hal harus menggunakan kata-kata asing, maka mesti benar-benar dibatasi. Itu pun harus diyakini kata-kata itu mudah dipahami oleh pembaca pada umumnya.

Akan tetapi, jika diperkirakan akan agak sulit dipahami, jangan segan-segan mengartikan atau menjelaskannya ke dalam bahasa Indonesia. Minimal inti pernyataan dalam bahasa asing itu dipahami oleh pembaca.

Bahasa Asing?

Menurut saya, tak masalah jika dalam tulisan-tulisan kita yang berbahasa Indonesia diselipkan beberapa kata-kata dalam bahasa Inggris di dalamnya. Hanya saja, bahasa Inggris dimasukkan ke dalam teks bahasa Indonesia hanya sepertulanya saja, diantaranya karena sulit menemukan padanannya dalam bahasa Indonesia. Boleh  juga, misalnya, untuk memperkuat tulisan ketika mengutip pernyataan asli dari seorang tokoh asing.

Ada orang yang demikian fanatik dengan penggunaan bahasa Indonesia. Menurut mereka yang berpikiran seperti ini, kita tidak boleh menyisipkan bahasa asing ke dalam tulisan kita yang berbahasa Indonesia. Benarkah?

Mari kita tengok ke belakang. Kita mengetahui, bahasa Indonesia tidak berasal dan terbentuk hanya dari bahasa Melayu, bukan? Bahasa Indonesia diperkaya oleh berbagai bahasa, terutama bahasa daerah dan bahasa-bahasa lain di dunia seperti bahasa Inggris, Arab, dan Belanda.

Dari mana datangnya kata akselerasi, akomodasi, proporsional, direktur, dokter, domestik, dan definisi? Itu semua berasal dari bahasa Inggris.

Selanjutnya, dari mana datangnya kata-kata fitrah, halal, hikayat, jenazah, jumat, kiamat, shalat, ulama, zakat, berkah, wakaf? Semua itu juga berasal dari bahasa Arab.

Selanjutnya, dari mana asal-muasal kata absen, akur, aklamasi, apotek, aula, aroma, berita, bensin, blokir, boikot, borjuis, dan brankas? Tiada lain dari bahasa Belanda.

Kembali ke Kesederhanaan

Semua itu adalah sedikit contoh tentang kata-kata serapan dari bahasa asing. Kata serapan adalah kata yang berasal dari bahasa asing yang sudah diintegrasikan ke dalam bahasa Indonesia dan diterima pemakaiannya secara umum, baik melalui proses adopsi penuh maupun adaptasi (penyesuaian).

Bagaimana ceritanya bahasa asing itu bisa menjadi bagian dari bahasa Indonesia? Pada awalnya bahasa asing itu dipergunakan begitu saja dalam karya tulis berbahasa Indonesia. Lama-kelamaan para penggunanya menjadi terbiasa menggunakannya.

Selanjutnya, terjadilah proses penyesuaian atau adaptasi ke dalam bahasa Indonesia. Ada pula yang secara utuh dimasukkan ke dalam perbendaharaan bahasa Indonesia.

Jadi, jangan hendaknya kita menjadi fanatik berlebihan dengan menutup mata terhadap kemungkinan pemakaian dan masuknya bahasa asing ke dalam bahasa Indonesia, mengingat perbendaharaan yang ada pada bahasa Indonesia sejak dulu diperkaya oleh bahasa asing.

Hanya saja, kembali ke inti permasalahan awal bahwa kesederhanaan dalam berbahasalah yang terpenting. Hindari membuat hal-hal yang sederhana menjadi rumit karena penggunaan bahasa asing.

 ( I Ketut Suweca, 12 Oktober 2020).

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Bahasa Selengkapnya
Lihat Bahasa Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun