Mohon tunggu...
I Ketut Suweca
I Ketut Suweca Mohon Tunggu... Dosen - Dosen - Pencinta Dunia Literasi

Kecintaannya pada dunia literasi membawanya suntuk berkiprah di bidang penulisan artikel dan buku. Baginya, hidup yang berguna adalah hidup dengan berbagi kebaikan, antara lain, melalui karya tulis.

Selanjutnya

Tutup

Inovasi Pilihan

Belajar dari Pengalaman Menulis Buku Nonfiksi ala Wishnubroto Widarso

17 September 2020   18:30 Diperbarui: 18 September 2020   14:18 677
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Saya menemukan  5 hal penting  dan menarik dari buku tersebut yang saya paparkan berikut ini.

Pengalaman Sendiri dan Orang Lain

Pertama, menulis buku menjadi lebih mudah dengan mengangkat pengalaman pribadi sang penulisnya. Sebagai dosen bahasa Inggris, Wishnubroto mengangkat materi dari pengalamannya mengajar sebagai bahan atau contoh. Hal ini dikisahkannya ketika ia menulis buku yang berjudul Kiat Menulis dalam Bahasa Inggris.

Wishnubroto benar. Hal-hal yang kita alami akan  lebih mudah ditulis. Di samping karena mengalaminya sendiri, kita juga mengetahui detailnya. Dengan terlibat dalam berbagai aspeknya, maka menuliskannya menjadi jauh lebih gampang.

Kedua, mengambil inspirasi dari pengalaman orang lain. Orang bisa belajar menulis dari teori menulis. Pentingkah teori itu? Tentu saja penting dan perlu belajar teori. Tanpa teori kita bisa saja menulis namun tanpa rambu-rambu. Mengkhawatirkan juga hasilnya. Maka, belajar teori harus dilakukan.

Di samping itu, belajar dari pengalaman orang lain tidak kalah pentingnya. Masalahnya, teori dan pengalaman nyata, bisa jadi tidak sama persis. Akan ada perbedaan di antara keduanya. Maka, menjadi penting untuk belajar teori plus pengalaman orang lain.

Di sinilah letak urgensinya membaca buku karya Wishnubrotoni, karena kita bisa belajar dari pengalamannya.

Penyuntingan dan Kesabaran

Ketiga, kesediaan melakukan perbaikan naskah berkali-kali. Menulis buku tentu tak bisa sekali jadi. Diperlukan proses penyuntingan berkali-kali dan detail saat penulisan hingga final. Proses editing ini sangat penting dalam upaya mengurangi kesalahan, baik yang berkenaan dengan isi maupun penggunaan bahasa.

Tidak hanya penyuntingan saat naskah buku itu ditulis, bahkan setelah tiba di meja penerbit! Bukan tidak mungkin penerbit akan mengembalikan naskah buku dimaksud untuk diedit kembali oleh penulisnya sesuai dengan saran-saran perbaikan yang disampaikan.  Untuk bisa diterbitkan, mau tak mau, penulis harus mengikuti saran penerbit.

Keempat, waktu penerbitan yang lama. Proses pembacaan dan penilaian naskah di penerbit terkadang cukup lama, sekitar 3 bulan. Di sini diperlukan kesabaran untuk menunggu jawaban penerbit apakah buku yang dikirim tersebut layak diterbitkan atau ditolak. Waktu yang saya sebutkan itu bahkan bisa lebih lama lagi.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Inovasi Selengkapnya
Lihat Inovasi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun