Mohon tunggu...
I Ketut Suweca
I Ketut Suweca Mohon Tunggu... Dosen - Dosen - Pencinta Dunia Literasi

Kecintaannya pada dunia literasi membawanya suntuk berkiprah di bidang penulisan artikel dan buku. Baginya, hidup yang berguna adalah hidup dengan berbagi kebaikan, antara lain, melalui karya tulis.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Artikel Utama

Mengenal "Karmaphala", Hukum Kausalitas yang Diyakini Masyarakat Bali

27 Agustus 2020   15:02 Diperbarui: 3 September 2020   22:04 2400
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi (Gambar: Gita Krishnamurti on Unsplash)

Itulah mengapa ada orang yang sudah berusaha berbuat baik saat ini, tetap saja dia bernasib buruk, tertimpa kemalangan. Apa yang dilakukannya sekarang seakan-akan tak cocok dengan pahala yang dipetiknya. Ya, itu karena ia sedang menuai hasil saat ini dari perbuatan yang pernah dilakukan saat kehidupan sebelumnya.

Kedua, prarabda. Istilah ini merujuk pada perbuatan yang dilakukan pada kehidupan saat ini dan dinikmati pula hasilnya saat ini. Orang-orang yang sudah berbuat baik kepada orang lain dan kehidupan pada umumnya, menerima hasil perbuatannya, tak lama setelah perbuatan itu dilakukan, baik atau buruk hasilnya.

Contohnya, makanlah cabai dan rasakan pedasnya sekarang juga. Pukul-lah orang dan rasakan balasannya sekarang juga.

Intinya, prarabda adalah ajaran yang merujuk pada suatu perbuatan sekarang yang akan diterima hasilnya pada kehidupan saat ini juga.

Ketiga, kriyamana. Ajaran ini menyatakan bahwa apa yang kita lakukan saat kehidupan sekarang bisa kita terima dalam kehidupan kemudian. Hasil perbuatan kita tidak habis kita nikmati pada kehidupan sekarang. 

Hal ini sejalan dengan konsep reinkarnasi yang diyakini masyarakat Hindu di Bali, yakni adanya kelahiran kembali.

Nah, jika ada orang berbuat jahat, misalnya, tapi tak juga dikenai ganjaran dari hasil kejahatannya pada kehidupan kini, maka tak pelak lagi ia akan mendapatkan hukuman setimpal pada kehidupannya kelak ketika ia lahir kembali. 

Apa dan bagaimana bentuk dan jenis hukumannya, hanya Tuhan yang mengetahui dan menentukan.

Berusaha Berbuat Baik

Nah, siapa pun orang yang meyakini berlakunya hukum karmaphala, maka ia akan senantiasa berusaha berbuat baik. Berbuat baik dimulai dari berpikir yang baik, berkata-kata yang baik, dan bertindak atau berperilaku yang baik.

Landasan dasarnya adalah ajaran Trikaya Parisudha, yang meliputi berpikir (manacika), berkata (wacika), dan berbuat (kayika) yang dilandasi kebaikan sesuai dengan ajaran ketuhanan. Ketiga hal itulah yang harus dikendalikan dan disucikan (di-parisudha) agar menjadi baik.

Dengan dasar keyakinan seperti itu, maka orang yang meyakininya akan berpikir berkali-kali jika hendak melakukan hal-hal yang tercela. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun