Mohon tunggu...
I Ketut Suweca
I Ketut Suweca Mohon Tunggu... Dosen - Dosen - Pencinta Dunia Literasi

Kecintaannya pada dunia literasi membawanya suntuk berkiprah di bidang penulisan artikel dan buku. Baginya, hidup yang berguna adalah hidup dengan berbagi kebaikan, antara lain, melalui karya tulis.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Buku Baru, Rasa Kesal, dan Cerita Humor yang Bikin Ketawa-ketiwi

12 Agustus 2020   18:25 Diperbarui: 16 Agustus 2020   06:03 353
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sumber gambar: dok. pribadi

Saya baru saja tiba di rumah. Hari ini banyak tugas kantor yang mesti diselesaikan. Melakukan teleconference untuk sebuah acara, menjadi juru bicara perkembangan covid-19, juga menyetor nilai ujian mahasiswa ke kampus tempat saya mengajar. Cukup melelahkan, tetapi beryukur semuanya berjalan lancar.

Buku Creative Writing

Anak sulung saya memberi kabar baik. Ia bilang  melalui whats app, buku yang saya pesan sudah sampai di rumah. Maka, begitu tiba di rumah, saya langsung cek di atas meja belajar. Eh benar, sudah ada kiriman buku berwarna kuning, judulnya Creative Writing. Buku ini ditulis oleh A.S. Laksana, diterbitkan Penerbit Banana. Buku ini saya beli lantaran ada seorang sahabat kita di kompasiana yang membahas isi buku tersebut. Merasa penasaran dan tertarik, saya pun memesannya.

Bukan maksud saya membahas buku ini sekarang. Apalagi saya baru saja mulai membuka-buka buku itu. Belum serius membacanya. Kalau sudah membacanya secara komplet, barulah akan saya kabarkan isinya kepada para sahabat di sini. Sekarang cukup mengabarkan mengenai kedatangan buku yang saya pesan secara online tersebut.

Artikel Pak Fery. W

Oh ya, baru saja saya berselancar di kompasiana untuk beberapa saat. Banyak artikel bagus karya para sahabat  dengan  konten yang menarik, bermanfaat, dan bahkan menginspirasi. Saya baca -- dan seperti biasa, saya komentari secukupnya sebagai bukti bahwa saya hadir di postingan teman-teman.

Salah satu artikel yang membuat saya tercenung adalah karya Pak Fery. W. Beliau menulis tentang seorang penerima beasiswa LPDP, Veronica Koman, yang mengelak ketika diminta mengembalikan beasiswanya selama studi S2-nya di Program Master of Laws di Australia National University . Ia diminta mengembalikan biaya studi yang bersumber dari LPDP karena yang bersangkutan tidak kembali  ke Indonesia. 

Seperti ditulis Pak Fery. W, wanita bernama Veronica itu malah mengatakan bahwa itulah cara pemerintah untuk menekan dirinya agar tak lagi menyuarakan dan mengadvokasi hak asasi manusia di tanah Papua.  

"Veronica menganggap hal tersebut hanyalah akal-akalan dari Pemerintah Indonesia untuk menekan dirinya agar berhenti berbicara dan memberikan advokasi terhadap masyarakat Papua," tulis beliau.

Lebih lanjut tentang hal ini saya anjurkan para sahabat yang belum membaca postingan tersebut bisa lihat langsung di tulisan Bapak Fery. W yang berjudul Beasiswa LPDP dan Veronica Koman, Siapa Tak Beretika?

Sebagai warga negara biasa, saya berpikir bagaimana seseorang yang sudah disekolahkan oleh pemerintah/negara, kemudian justru berseberangan dengan pemerintah yang membiayai studinya. Sungguh sulit dipahami. 

Apalagi, seperti ditulis Pak Fery W,  Veronica Koman sebelumnya sempat ramai diperbincangkan saat kerusuhan yang terjadi di Papua beberapa waktu lalu, ia dianggap provokator dan kemudian ditetapkan oleh pihak kepolisian sebagai tersangka. Terus-terang, saya prihatin dan sedikit merasa kesal dan heran. 

Humor dan Persahabatan

Saya kira cukup dulu ya sampai di situ membicarakan wanita yang bernama Veronica Koman ini. Takut kekesalan saya berlanjut dan memengaruhi para sahabat juga, he he he. Marilah kita berbicara yang ringan-ringan saja.

Nah, saya ingin mengajak sahabat kompasianer membahas "serius" tentang program kompasiana dan persahabatan kita di sini. Saya ikut senang, ada banyak kemajuan di kompasiana tercinta: banyak program baru yang yang ditawarkan pengelola dan bisa diikuti oleh para kompasianer. Hal ini merupakan bentuk apresiasi pengelola terhadap penghuni rumah besar kompasiana.

Di samping itu, muncul pula candaan alias humor yang dimotori tiga sahabat tercinta kita, Pak Felix Tani, Pak Tjiptadinata Effendi dan Pak Rudy Gunawan. Humor semacam itu membawa kita semua tak serius-serius amat  dalam berkompasiana, juga bisa tersenyum bahkan ketawa-ketiwi  dibuatnya.

Oleh karena itu, saya ingin menyampaikan terima kasih kepada Pak Tjiptadinata Effendi, Pak Rudy Gunawan, dan Pak Felix Tani yang sudah menjadi patriot penggerak kisah humor dan candaan yang sungguh sangat menghibur tersebut.

Kisah yang Mengharukan

Lalu, ada juga beberapa sahabat kompasianer yang memaparkan kisah kepiluan hidup mereka sedemikian rupa sehingga membuat saya merasa tersentuh. Saya yakin sebagian diantara kita pernah membaca kisah-kisah yang menyentuh hati seperti itu di sini.

Saya merasa sangat terharu betapa  keras perjuangan para sahabat dalam menjalani kehidupan dengan berusaha tetap optimis di tengah keterbatasan yang ada. Kita tentu percaya bahwa Tuhan senantiasa akan memerhatikan umat-Nya yang tetap berjuang dengan segala upaya dan tawakal kepada-Nya.

Demikian dulu sahabat obrolan kita saat  ini. Satu hal yang ingin saya ingatkan, mari tetap mematuhi protokol kesehatan secara ketat dalam tatanan kehidupan baru ini agar kita semua terhindar dari paparan covid-19. Semoga kita semua sehat-walafiat dalam lindungan Tuhan Yang Maha Kuasa.

( I Ketut Suweca, 12 Agustus 2020).

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun