Mohon tunggu...
I Ketut Suweca
I Ketut Suweca Mohon Tunggu... Dosen - Dosen - Pencinta Dunia Literasi

Kecintaannya pada dunia literasi membawanya suntuk berkiprah di bidang penulisan artikel dan buku. Baginya, hidup yang berguna adalah hidup dengan berbagi kebaikan, antara lain, melalui karya tulis.

Selanjutnya

Tutup

Hobby Pilihan

Sedikit Demi Sedikit, Lama-lama Menjadi Buku

21 Juli 2020   20:28 Diperbarui: 21 Juli 2020   22:08 368
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Pernahkah terpikir bagaimana membuat buku-buku tebal sampai 600 halaman bahkan lebih? 

Betapa berat membuat buku setebal itu. Akan tetapi, tetap saja buku tersebut berhasil diselesaikan oleh penulisnya. 

Lalu, apa gerangan resepnya?

Buku-buku Tebal

Saya memiliki beberapa buku tebal, sekadar sebagai contoh. Antara lain buku karya Yudi Latif berjudul Negara Paripurna terbitan Gramedia setebal 667 halaman. 

Lalu, buku karya Gun Gun Heryanto berjudul Problematika Komunikasi Politik terbitan Ircisod setebal 603 halaman. Ada pula buku karya Jack Canfield berjudul The Success Principles terbitan Gramedia setebal 654 halaman.

Untuk menulis buku setebal itu pasti diperlukan kerja keras. Kerja keras dilakukan secara konsisten dari hari ke minggu, dari minggu ke bulan, bahkan dari bulan ke tahun. Tak hanya kerja dalam kaitannya dengan penulisan, bahkan dalam pengumpulan referensi atau riset pustaka. Bahkan, beberapa buku diciptakan dari riset lapangan dan pustaka sekaligus.

Risetnya sendiri sudah membutuhkan waktu, mulai dari menemukan buku-buku sejenis yang bisa dipakai sebagai referensi, menemukan jurnal-jurnal nasional dan internasional yang relevan sebagai pelengkap teori dalam buku nantinya. Sang penulis harus membaca buku atau jurnal tersebut secara cermat, menelusuri bagian-bagiannya yang relevan dengan buku yang hendak diwujudkan.

Belum berakhir di situ, penulis mesti menyiapkan kerangka karangan (outline) yang akan menjadi panduan dalam menyusun buku. Outline itu harus disusun secara sistematis dan logis sehingga mempermudah penulis dalam penyusunannya sekaligus memudahkan pembaca nantinya memahami isi buku.

Selanjutnya, barulah sang penulis mulai menggarap program penulisan buku tersebut sedikit demi sedikit yang berdasarkan kerangka tulisan yang dibuat di awal.

Tulis dengan Cara Mengangsur

Bagaimana bisa menulis buku hingga ratusan halaman seperti dicontohkan di atas?  Kalau dipikirkan, tampaknya pekerjaan berat, bukan? Jika melihat buku tebal dan kita hendak menulis buku yang sama dengan itu, boleh jadi kita memilih membatalkan niat. Mengapa? Karena, kita pikir hal itu sulit direalisasikan.

Akan tetapi, sebaiknya jangan putus asa dulu. Orang lain bisa melakukannya, mengapa kita tidak? Diperlukan sikap optimistik dalam hal ini. Jika tidak optimis, kita bisa saja mengambil keputusan untuk menyerah daripada "bertarung" melawan tantangan, tak berani terjun ke medan laga.  

Resep para penulis buku hanya satu: lakukan dengan cara mengangsur! Seperti orang berutang di bank yang harus mencicil utangnya setiap bulan, demikian pula dengan menulis buku. Penulis juga bisa mengangsur dalam menulis.

Penulis buku bisa menetapkan waktu menulis setiap hari sebanyak 3 halaman, misalnya. Dengan begitu, dalam 3 bulan dia sudah mampu menulis buku setebal 270 halaman. 

Atau, jika ia berketetapan hati menulis setiap 2 hari sekali, maka dalam 6 bulan ia akan mampu menulis dengan jumlah halaman yang sama. Jumlah tersebut sudah terbilang cukup tebal, karena jumlah halaman buku yang beredar biasanya sekitar itu. Jika mau lebih tipis, cukup sedikit di atas 100 halaman saja.

Paparan di atas memberi gambaran bahwa pekerjaan yang besar bisa diselesaikan secara mudah dengan cara mengerjakannya sedikit demi sedikit. Kita bisa mengerjakan penulisan buku  secara mengangsur, dan lihatlah, pada suatu ketika kita akan terkejut, ternyata sudah banyak halaman yang kita tulis sehingga sudah mencukupi untuk dijadikan sebuah buku.

Perlu Motivasi Saat Menulis?

Terkadang saat menulis kita merasa kesepian, bekerja dalam kesunyian, bahkan mungkin tanpa dukungan langsung dari orang lain. Jika tidak konsisten, teguh, dan bersabar, kita bisa berhenti di tengah jalan, sesuatu yang tak kita kehendaki. Ada dua buku saya tulis dengan pola seperti ini. Menulis terus-menerus sampai selesai tanpa mengandalkan support dari siapa pun selama proses penulisan berlangsung.

Nah, jika kita ingin mendapatkan motivasi atau dorongan menulis dari pihak luar, maka ada baiknya menulis model serial di sebuah situs, boleh di blog sendiri atau di blog bersama seperti kompasiana ini. Tulisan-tulisan lepas yang kita buat langsung diunggah di blog itu. Karena diunggah dan dibaca publik, maka kemungkinan besar akan mendapat tanggapan dari pembaca. Tanggapannya bisa berupa kritik, saran, pujian, atau lainnya.

Masukan dari pembaca ini akan mendorong kita untuk menulis dan menulis lagi sesuai tema atau topik yang ditetapkan di awal. Setelah mendapatkan sejumlah judul yang dipandang cukup, baru kemudian kita kumpulkan dan terbitkan menjadi sebuah buku, lengkap dengan ISBN-nya. 

Jadilah buku himpunan tulisan yang sebelumnya  di-upload di blog. Melihat hasil karya kita berupa buku, sungguh menyenangkan, bukan? Nggak percaya? Tanya saja para sahabat yang sudah membuat buku dari kumpulan artikel mereka di blog.

Dan, contoh buku yang saya himpun dari blog kompasiana dapat dilihat di gambar di atas. Buku  setebal 314 halaman dengan kertas HVS tersebut merupakan himpunan artikel saya di sini -- kumpulan artikel bertema karier dan gaya hidup. Ada tiga buku  saya yang bersumber dari kumpulan artikel di kompasiana.

Jadi, jangan pernah berkecil hati melihat orang bisa menulis buku ratusan halaman. Kita pun bisa melakukannya asal konsisten menulis. Yuk segera praktikkan prinsip sedikit demi sedikit lama lama menjadi bukit. Kita ganti kata "bukit"-nya dengan "buku."

( I Ketut Suweca, 21 Juli 2020).

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Hobby Selengkapnya
Lihat Hobby Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun