Mohon tunggu...
I Ketut Suweca
I Ketut Suweca Mohon Tunggu... Dosen - Dosen - Pencinta Dunia Literasi

Kecintaannya pada dunia literasi membawanya suntuk berkiprah di bidang penulisan artikel dan buku. Baginya, hidup yang berguna adalah hidup dengan berbagi kebaikan, antara lain, melalui karya tulis.

Selanjutnya

Tutup

Hobby Pilihan

Mau Pilih yang Mana, Menjadi Penulis Generalis atau Spesialis?

11 Juni 2020   19:29 Diperbarui: 11 Juni 2020   19:42 226
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
sumber: www.kikki-k.com

Kalau saya amati para penulis di kompasiana, ternyata ada yang menulis di bidang tertentu saja, tak bergeser dari topik seputar itu. Misalnya, penulis itu konsisten menulis puisi dan puisi saja. Ada pula yang secara berkesinambungan menulis kuliner saja.

Sebaliknya, tak jarang pula penulis yang menulis bermacam-macam topik. Sekali waktu ia menulis seputar kuliner, di waktu lain menulis puisi, sering pula menulis laporan perjalanan, dan lainnya.

Tipe penulis yang pertama dikenal dengan penulis spesialis, sedangkan tipe penulis kedua disebut sebagai penulis generalis.

Nah, pertanyaannya adalah, kita ini termasuk tipe yang mana: penulis generalis ataukah spesialis? Setiap pilihan tentu ada alasannya. Yang menulis dengan spesialisasi tertentu mungkin akan berargumen bahwa itulah bidang keahliannya. Atau, itulah bidang yang ia minati dan tekuni sejak lama. Kalau menulis di luar itu, dia merasa mengalami kesulitan dan harus belajar lagi dari awal.

Lain alasan penulis spesialis, lain pula argumen penulis generalis. Jika penulis tipe generalis ditanya, mungkin saja akan mengatakan bahwa dia tak mau terkungkung dengan satu tema atau bidang tertentu. Ia ingin bebas menulis apa saja yang dia mau. Karena memiliki minat yang luas dan dengan kemauan belajar yang besar tentang berbagai hal, maka ia merasa tak memiliki kesulitan dalam menulis materi apapun yang dia mau. Baginya, menulis adalah kebebasan berekspresi sehingga dia tak mau mengekang diri dengan keharusan menulis topik tertentu saja.

Penulis Spesialis

Sampai di sini, saya ingin mengajak sahabat penulis semua untuk mempertimbangkan pendapat dari sejumlah penulis yang terkenal di dunia, yang menekuni dunia penulisan jauh lebih dulu dari kita.

Ben Smith mengatakan bahwa setiap orang akan melakukan kerjanya dengan baik sekali apabila dia mengkhususkan diri. "Benar bahwa tidak ada penulis yang dapat menulis sama baiknya tentang segala sesuatu. Ia mungkin saja kuat di satu bidang dan lemah di bidang lain."

"Yang dimaksud dengan kata spesialis di sini menyangkut bentuk, bukan komponen-komponen yang kecil. Ada orang yang mengkhususkan diri di bidang cerita misteri, tetapi juga menulis novelet dan novel," jelasnya.

Thomas P Kelly mengatakan dengan penuh keyakinan bahwa seorang penulis haruslah menggarap bidang yang dikuasainya, tahu betul apa yang ditulisnya.

Selanjutnya, John Gassner mengatakan bahwa berdasarkan pengalaman, spesialisasi sangat menolong dirinya. Ia percaya bahwa seseorang yang ingin sukses sebagai seorang penulis harus sudah memiliki reputasi dalam satu bidang.

Kenneth S. Giniger menyebutkan, "Memang tidak perlu lagi dipertanyakan bahwa spesialisasi di bidang penulisan amat penting dan memberikan kesempatan yang besar bagi seorang penulis. Sekali penulis itu telah mempunyai reputasi di satu bidang, maka pemasaran karyanya akan lebih mudah."

Penulis Generalis

Selain itu, ada juga penulis terdahulu yang lebih memilih menjadi penulis generalis. Apa kata mereka? "Saya menulis hampir di seluruh bidang penulisan. Saya kira masalah yang dihadapi oleh penulis ialah bergantung pada individu penulisnya sendiri," ujar Emil Zubryn.

Senada dengan Zubryn, Jesse Stuart menyebutkan bahwa dirinya tidak mengkhususkan diri dalam menulis. "Saya tidak memusingkan pasaran. Saya menulis apa saja yang ada di dalam hati. Saya menulis apa yang hendak saya tulis. Saya mengalami pasang-surut. Seringkali saya menambah nafkah dengan mengajar atau memberi ceramah. Saya tidak pernah cemas mengenai hal itu, toh saya dapat menyesuaikan diri," ungkap Stuart.

Selanjutnya, Evan Hunter mengatakan,"Waktu saya bergumul mencari nafkah sebagai seorang penulis, saya menulis apa saja yang dapat dijual. Saya menulis fiksi ilmiah, detektif, cerita ringan, tentang sport, dan artikel sekali waktu."

"Saya melakukan apa saja yang dapat memantapkan nama saya sebagai penulis. Apa yang saya tulis, saya tulis dengan penuh kesungguhan, mata saya waspada mempelajari cara-cara baru untuk menulis cerita, saya tidak pernah terburu-buru," jelas Hunter.

Menentukan Pilihan

Nah, barangkali kita sudah membaca secara saksama pendapat para penulis yang saya ketengahkan di atas. Sekarang, bagaimana dengan pendapat para kompasianer? Apakah akan berketetapan hati menjadi penulis generalis atau sebaliknya memilih menjadi penulis spesialis? Semuanya kembali kepada keputusan masing-masing. Setiap pilihan ada alasannya, dan ada pula risikonya.

Di atas semua itu, yang terpenting, saya kira,  mari terus menulis. Sebab, menulis adalah cara untuk berbagi pengetahuan untuk kebaikan dan untuk keabadian. Sastrawan Indonesia, Pramoedya Ananta Toer, pernah mengatakan, "Tahu kau mengapa aku sayangi kau lebih dari siapa pun? Karena kau menulis. Suaramu takkan padam ditelan angin, akan abadi, sampai jauh, jauh di kemudian hari."

(I Ketut Suweca, 11 Juni 2020).

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Hobby Selengkapnya
Lihat Hobby Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun