Kenneth S. Giniger menyebutkan, "Memang tidak perlu lagi dipertanyakan bahwa spesialisasi di bidang penulisan amat penting dan memberikan kesempatan yang besar bagi seorang penulis. Sekali penulis itu telah mempunyai reputasi di satu bidang, maka pemasaran karyanya akan lebih mudah."
Penulis Generalis
Selain itu, ada juga penulis terdahulu yang lebih memilih menjadi penulis generalis. Apa kata mereka? "Saya menulis hampir di seluruh bidang penulisan. Saya kira masalah yang dihadapi oleh penulis ialah bergantung pada individu penulisnya sendiri," ujar Emil Zubryn.
Senada dengan Zubryn, Jesse Stuart menyebutkan bahwa dirinya tidak mengkhususkan diri dalam menulis. "Saya tidak memusingkan pasaran. Saya menulis apa saja yang ada di dalam hati. Saya menulis apa yang hendak saya tulis. Saya mengalami pasang-surut. Seringkali saya menambah nafkah dengan mengajar atau memberi ceramah. Saya tidak pernah cemas mengenai hal itu, toh saya dapat menyesuaikan diri," ungkap Stuart.
Selanjutnya, Evan Hunter mengatakan,"Waktu saya bergumul mencari nafkah sebagai seorang penulis, saya menulis apa saja yang dapat dijual. Saya menulis fiksi ilmiah, detektif, cerita ringan, tentang sport, dan artikel sekali waktu."
"Saya melakukan apa saja yang dapat memantapkan nama saya sebagai penulis. Apa yang saya tulis, saya tulis dengan penuh kesungguhan, mata saya waspada mempelajari cara-cara baru untuk menulis cerita, saya tidak pernah terburu-buru," jelas Hunter.
Menentukan Pilihan
Nah, barangkali kita sudah membaca secara saksama pendapat para penulis yang saya ketengahkan di atas. Sekarang, bagaimana dengan pendapat para kompasianer? Apakah akan berketetapan hati menjadi penulis generalis atau sebaliknya memilih menjadi penulis spesialis? Semuanya kembali kepada keputusan masing-masing. Setiap pilihan ada alasannya, dan ada pula risikonya.
Di atas semua itu, yang terpenting, saya kira, Â mari terus menulis. Sebab, menulis adalah cara untuk berbagi pengetahuan untuk kebaikan dan untuk keabadian. Sastrawan Indonesia, Pramoedya Ananta Toer, pernah mengatakan, "Tahu kau mengapa aku sayangi kau lebih dari siapa pun? Karena kau menulis. Suaramu takkan padam ditelan angin, akan abadi, sampai jauh, jauh di kemudian hari."
(I Ketut Suweca, 11 Juni 2020).
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H