Demikian juga George Bernard Shaw menciptakan karya-karya unggulnya pada waktu tubuhnya sudah menua, dan Winston Churchill walaupun lumpuh tetap mengerjakan membuat memoar hidupnya.
Yang lebih muda bisa dicontohkan Aminatta Forna sudah berusia 40-an saat merilis buku perdananya pada 2006 lalu. Buku tersebut berjudul Ancestor Stones. Sebagaimana ditulis dalam situs Gramedia.com, meski dirilis saat usia Aminatta tak lagi muda, buku tersebut mendapat sambutan positif dari pembacanya. Bahkan buku ini mengantarkan Aminatta Forna memenangkan Hurston-Wright Legacy Award untuk kategori buku debut fiksi terbaik.
Menulis di usia senja dibuktikan lagi oleh seorang perempuan Inggris bernama Anne Youngson, yang bermukim di Oxford. Meskipun baru merilis novel debutnya pada umur 70 tahun, namun karya itu langsung mendapatkan apresiasi luas dan masuk nominasi penghargaan sastra bergengsi.
Karyanya yang bertajuk Meet Me at The Museum yang mengantarnya pada kesuksesan besar. Pasalnya, karya ini masuk nominasi Costa Book Awards untuk kategori karya perdana terbaik.
Dari pengalaman para penulis di atas kita dapat mengetahui bahwa usia bukanlah penghalang untuk menjadi penulis. Entah usia belia atau usia tua renta, tetap saja bisa menulis dan menjadi penulis.
Penghargaan yang mengikuti atas karya-karya yang dihadirkan  bisa datang kapan saja. Yang terpenting adalah  niat menulis yang diwujudkan ke dalam hasil karya yang cemerlang.
( I Ketut Suweca, 28 Mei 2020).
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H