Berpikirlah  baik atau positif (positive thinking), maka hasilnya adalah  perkataan dan perbuatan yang setara. Berpikirlah selalu negatif, maka perkataan dan perbuatan kita cenderung negatif pula. Negativitas tak hanya akan menguasai otak kita dan hati kita, bahkan kemudian ia akan mewujud ke dunia luar dengan perkataan-perkataan kasar dan perilaku buruk.
Demikian pula pikiran positif akan membawa si pemiliknya pada ucapan-ucapan yang baik disertai tindakan yang baik dan terkontrol. Orang yang berpikir positif akan melihat segala sesuatu dengan kacamata yang terang dan jernih, bukan kacamata buram lantaran kekotoran yang berkelindan di dalam benak.
Terkait ini, ada ungkapan yang mengatakan," mulutmu adalah harimaumu." Maknanya saya kira sudah kita pahami. Kalau kita salah berkata-kata, maka risikonya kita akan "diterkam" oleh kata-kata kita sendiri. Maka, menjaga ucapan adalah penting.
Ayu Pinardi, Ayu Pinanggih
Terdapat kearifan lokal di lingkungan masyarakat Bali yang menyangkut hal ini. Disebutkan dalam rangkaian kalimat pendek ini, "Ayu kinardi, ayu pinanggih. Ala ulah, ala tinemu." Kupasan bebasnya adalah, jika kita berbuat baik, maka hal-hal baiklah yang akan kita dapatkan atau temukan. Kalau kita berbuat buruk, buruk pula yang akan kita terima.
Sudah jelas bahwa hukum karma itu adalah hukum sebab-akibat. Perbuatan baik, pasti berakibat baik. Perbuatan buruk, pasti berakibat buruk. Itulah sebabnya, kita (seharusnya) selalu mengusahakan untuk berpikir, berkata, dan berbuat kebaikan, bukan sebaliknya. Mengapa? Karena kita semua menghendaki akibat atau pahala yang baik, bukan? Mari kita terus-menerus mengusahakannya.
 ( I Ketut Suweca, 20 April 2020).
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H