Tetap Aktif dan Produktif
Di samping itu, yang tidak kalah pentingnya adalah menyiasati hidup dan kehidupan dengan terus-menerus berupaya melakukan segala sesuatu untuk bisa bertahan hidup. Kita semua dituntut aktif, kreatif, dan produktif dalam menyiasati kehidupan di tengah bencana covid-19.
Apa yang bisa dilakukan? Ada banyak hal. Seorang teman, Unyil --seperti pernah saya sampaikan sebelumnya -- bisa hidup dari memproduksi dan menjual masker. Demikian juga dua sahabat lainnya yang meniru bisnis si Unyil. Mereka bertiga bekerja di rumah masing-masing dengan membuat masker dan menjualnya kepada para pembeli. Promosi yang mereka lakukan dengan berbagai cara, salah satunya melalui media sosial.
Ada lagi sahabat saya yang terampil sekali membuat makanan, bergegas menambah penghasilan dari kegiatan yang sangat digemarinya itu. Ia pun menjualnya secara online. Tak mau kalah, seorang ibu rumah tangga memilih berjualan kain secara online juga. Ia sebenarnya tak lebih dari seorang reseller, membeli dan menjual barang pun melalui online. Dari usaha itu, dia mendapatkan penghasilan yang lumayan besar.
Ada pula petani yang kebunnya sedang banyak menghasilkan rambutan. Di samping menjual kepada pedagang di pasar tradisional, juga menjual melalui online. Rupanya usaha-usaha berbasis online kini mulai berkembang dan kian marak sejak bencana ini. Orang bertransaksi melalui dunia maya.
Untuk memenuhi sebagian dari kebutuhan bahan makanan sehari-hari, ada yang mengusahakannya di rumah yang sebelumnya sebagian besar mereka beli di pasar. Orang mulai rajin menanam beraneka sayur-sayuran dan rempah-rempah di pekarangan rumah, misalnya bayam, cabai, kencur, kunyit, kemangi, sereh, singkong, dan lainnya. Kebutuhan dapur akhirnya sebagian terpenuhi dari pekarangan rumah. Tentu saja hal ini bisa sedikitnya mengurangi pengeluaran harian akan bahan makanan.
Mengurangi Pengeluaran
Ada lagi cara yang menarik yakni dengan mengamati berbagai jenis pengeluaran selama ini. Misalnya, memeriksa pengeluaran untuk listrik dan air. Dengan cerdas mereka berupaya mengurangi pemakaian listrik, antara lain dengan mematikan lampu lebih awal dan menghidupkannya lebih belakang. Pada awalnya dia mematikan lampu pukul 06.00, kemudian dimajukan ke pukul 05.30. Jadi, dimajukan 30 menit dari sebelumnya.
Biasanya menyalakan lampu pukul 18.00, kini menyalakannya lebih malam, yaitu pukul 19.00. Itu pun dengan membatasi jumlah lampu yang hidup. Menghidupkan yang benar-benar dibutuhkan saja. Pemakaian air juga demikian. Kalau sebelumnya menyiram tanaman setiap hari, kini hal itu dilakukan dua hari sekali. Dengan upaya-upaya tersebut, pengeluaran bisa dikurangi.
Demikianlah beberapa hal yang bisa dilakukan dalam menyiasati hidup di tengah pandemi. Di atas semua itu, optimisme-lah yang terpenting. Sikap optimis harus ditumbuhkan dan dirawat, jangan sampai redup. Harapan untuk keluar dari bencana selalu ada, karena segala sesuatu ada akhirnya. Dan, itu pasti.
(I Ketut Suweca, 17 April 2020).