Dua hari lalu saya tak sempat menulis. Usai mengerjakan tugas yang menguras pikiran, tenaga, Â dan waktu, saya tiba di rumah pada sore hari dalam kelelahan. Terutama lelah pikiran. Tersirat keinginan mengisi malam dengan menulis. Tapi, akhirnya saya memilih untuk beristirahat. Jumlah tulisan saya di kompasiana dua hari lalu itu: nol-kosong!
Lalu, kemarin dengan penuh semangat saya "berhasil" menulis dua artikel. Dua artikel sederhana saja sebetulnya. Satu tulisan yang membahas tentang tips hadapi covid-19, satunya lagi mengenai upaya melindungi pasar tradisional. Saya membuat dua artikel itu tiada lain dimaksudkan adalah untuk menutupi hari sebelumnya yang nol-kosong.
Kemudian, tadi pagi  saya menyelesaikan tulisan tentang kewaspadaan terhadap paparan berita hoax. Artikel itu sudah saya unggah di kompasiana. Beberapa teman menyempatkan diri berkunjung, bahkan memberikan komentar --terima kasih sahabat-sahabatku yang baik hati. Berarti, untuk hari ini saya sudah "berhasil" menulis satu artikel. Ya, berhasil memenuhi niat untuk menulis satu artikel dalam satu hari.
Sore ini saya berniat menulis lagi. Tapi, tentang apa ya? Belum ada ide yang benar-benar nyantol. Maunya melanjutkan menulis tentang berita hoaks, karena banyak aspek yang bisa dibicarakan. Tetapi saya batalkan niat itu. Nanti sajalah, di lain waktu, pikir saya.
Sore ini, saya lebih memilih mencari-cari ide yang pas. Tapi, sejauh ini belum saya temukan satu gagasan pun yang berharga untuk ditulis. Saya sempat meninggalkan laptop sejenak untuk sekadar ngobrol dengan anak-anak sambil memperbaiki kabel koneksi parabola di rumah yang terganggu.
Di dalam hati, saya masih berharap setelah ini akan muncul gagasan baru yang layak ditulis. Tetapi, nyatanya tak ada satu gagasan pun yang bersedia hadir. Sumur tetap saja kering! Lalu, saya mencoba beralih ke buku yang ada di atas meja. Saya telusuri deretan buku-buku itu satu per satu. Nggak ada yang menarik untuk dibaca. Hampir seluruhnya sudah pernah saya baca, bahkan satu-dua diantaranya sudah pernah saya baca ulang.
Kemudian pandangan saya tertuju pada buku berkulit biru. Baru saya ngeh kalau saya punya buku baru karangan Mark Manson. Judulnya "Segala-Galanya Ambyar, Sebuah Buku tentang Harapan." Sebenarnya saya ingin membeli dua buku karya penulis ini sekaligus yakni  buku ini dan buku karya Mark yang satunya lagi, berjudul "Sebuah Seni untuk Bersikap Bodo Amat."
Namun, ketika itu penjual bilang satu buku yang saya cari itu sudah habis stock-nya.
"Maaf Pak, buku Bodo Amat-nya sudah habis. Masih diorder lagi ke Penerbit. Buku itu laris sekali Pak"
"Kira-kira dua minggu lagi mudah-mudahan sudah datang," katanya memberikan harapan.
Seminggu lalu kedua buku yang saya sebut di atas saya lihat diposisikan berdampingan di tempat khusus sehingga dengan mudah dilihat pembeli. Â Tetapi, ketika kemarin saya cari lagi, ternyata buku Bodo Amat sudah habis. Berarti saya harus bersabar menanti kedatangan buku yang terkenal dan laris manis itu.