Data pengguna internet tahun 2019 sebanyak 171, 17 juta jiwa atau 64, 8% dari jumlah penduduk Indonesia. Trend penambahan jumlah per tahun diperkirakan sebanyak 10 juta orang atau naik 10 persen lebih.
Hampir 50 persen pengguna internet adalah mereka berusia 18-34 tahun. Dan, perangkat yang dipakai paling banyak adalah  smartphone (44,16 persen).
Pengguna internet sebanyak 171, 17 juta jiwa itu berpotensi terpapar atau terjebak berita atau informasi bohong (hoax) yang tiada henti-hentinya merambah dunia maya. Sebuah data dari Kementerian Kominfo RI menyebutkan, hoax menyebar paling banyak dari media sosial, yaitu 92 persen lebih. Sedangkan issue hoax terbanyak secara berturut-turut adalah yang menyangkut masalah sosial politik, SARA, dan kesehatan.
Budaya Saling Berbagi
Pertanyaannya adalah, mengapa orang dengan mudah terjebak informasi atau berita hoax? Di mana akar masalahnya? Mari kita lihat penyebabnya.
Pertama, kita pada umumnya memiliki sifat suka berbagi. Apa yang kita ketahui atau dapatkan dengan segara kita bagikan kepada orang lain melalui media sosial seperti facebook, whatsapp, istagram, dan lainnya.
Kita terkadang ingin menjadi "orang nomor satu" yang membagikan suatu informasi dan berita kepada orang lain. Kebiasaan berbagi ini sejatinya sangat baik, tetapi jika tidak dilakukan secara selektif, maka bisa berakibat negatif terhadap diri sendiri dan orang lain.
Belum Bisa Bedakan Informasi Pribadi dan Publik
Kedua, banyak orang yang belum paham dengan informasi yang bersifat pribadi (private) dengan publik (umum). Artinya, ranah informasi publik dan pribadi tak dipahami dengan baik sehingga apapun informasi yang dibuat akan dibagikan begitu saja tanpa pertimbangan matang terlebih dahulu.
Beberapa kalangan suka membagikan kehidupan pribadi yang sesungguhnya tidak sepatutnya diketahui oleh orang lain. Tidak layak dikonsumsi publik. Â Misalnya, remaja yang sedang kecewa atau marah dengan pacarnya, dengan serta-merta mengunggah luapan emosinya di facebook. Akhirnya, postingannya dipandang aneh dan lucu saja oleh pembaca.
Pembaca postingan itu mungkin akan geleng-geleng kepala sambil tersenyum. Mengunggah hal-hal yang bersifat pribadi sama saja seperti kata pepatah lama: menepuk air di dulang, terkena muka sendiri!
Melihat Judul Abaikan Konten
Ketiga, hanya melihat judul dan mengabaikan konten. Nah, ini yang acapkali dilakukan oleh mereka yang kurang memiliki pemahaman yang baik di bidang literasi. Begitu mendapat berita dengan judul yang menarik di media sosial, langsung saja di-sharing.
Terlebih-lebih ada kata-kata provokatif: viralkan!! Sebarkan!! Sama sekali tak ada upaya mempertimbangkan apakah konten berita itu, benar atau tidak; bermanfaat atau tidak.
Kebenaran dan Kebermanfaatan
Setiap kali membaca berita di media sosial, kita dituntut bersikap kritis. Apakah berita itu benar? Apakah berasal dari sumber yang dapat dipercaya? Bisa di-cek dan disandingkan dengan sumber lain yang kredibel. Jika benar, barulah diterima dan dipercaya.
Selanjutnya, harus diperhatikan pula kebermanfaatannya. Apakah suatu berita atau informasi  bermanfaat bagi diri sendiri atau bagi orang lain? Kebenaran dan kebermanfaatan adalah dua kunci untuk menilai sebuah informasi atau berita yang layak kita terima dan "gugu." Dan, boleh disebarkan jika berniat.
Hal ini menjadi penting, sebab pada masa kini semua orang bisa membuat dan menyebarkan informasi dengan berbagai motivasi. Semua orang bisa dengan sangat mudah memproduksi informasi, baik yang benar maupun yang hoax.
Oleh karena itu, ada baiknya kita lebih berhati-hati dalam membuat berita atau menyampaikan informasi di media sosial. Jangan pernah membuat konten hoax karena hanya akan membuat keresahan atau minimal merugikan diri sendiri.
Di samping itu, hindari membagikan (sharing) informasi apapun yang kita terima sebelum kita benar-benar saring. Â Menyaring kebenaran dan memastikan kebermanfaatan suatu informasi, itulah yang penting agar kita terhindar dari jebakan hoax. Â
Terima kasih. Mari bermedia sosial dengan sehat dan bijak.
(I Ketut Suweca, 10 April 2020).
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H