Mohon tunggu...
I Ketut Suweca
I Ketut Suweca Mohon Tunggu... Dosen - Dosen - Pencinta Dunia Literasi

Kecintaannya pada dunia literasi membawanya suntuk berkiprah di bidang penulisan artikel dan buku. Baginya, hidup yang berguna adalah hidup dengan berbagi kebaikan, antara lain, melalui karya tulis.

Selanjutnya

Tutup

Hobby Pilihan

Membaca "Segunung" Buku Biografi, Ternyata Luar Biasa Manfaatnya!

24 Maret 2020   09:51 Diperbarui: 27 Maret 2020   18:04 161
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sumber gambar : https://www.pinterest.com/pin/535083999479137773/

Mohon maaf sahabat, kata "segunung" saya pakai hanya untuk maksud mengatakan "banyak." Agar judul artikel ini lebih moncer saja, he he he.  Tetapi, benarkah membaca segunung buku biografi atau autobiografi yang tiada lain berisi kisah hidup tokoh itu luar biasa kebermanfaatannya?

Pada kesempatan ini saya ingin mengajak pembaca untuk melihat lebih jauh tentang hal ini. Kalau ditelusuri lebih jauh, banyak orang yang berhasil mencapai kemajuan dalam hidupnya lantaran mendapatkan pelajaran berharga dari buku-buku biografi yang dibaca. Kata mereka, buku-buku semacam itu sangat menggugah dan menginspirasi.

Kendati belum menjadi tokoh penting, he he he, saya juga sangat doyan menikmati buku-buku biografi. Kisah hidup para tokoh yang dimuat di dalam buku semacam itu, seringkali membawa saya terseret masuk ke kedalaman buaian cerita. Bagai membaca sebuah novel hebat, saya seringkali terkesima sekaligus terbawa arus oleh kisah hidup sang tokoh. Belum lagi banyak nasihat, inspirasi, pitutur, motivasi hidup, yang terurai apik dalam buku-buku biografi itu.

Saya ingin mengulas sedikit beberapa dari buku dimaksud. Hanya empat buku yang saya tampilkan di sini agar artikel ini tidak terlalu panjang. Takut pembaca bosan membacanya. Mari kita mulai.

Belajar dari Si Anak Singkong

Pertama, buku "Chairul Tanjung, Si Anak Singkong."  Dari buku setebal 384 halaman yang ditulis Tjahja Gunawan Diredja, diterbitkan Kompas (2012) ini, saya bisa belajar betapa pentingnya pendidikan dan rasa hormat kepada orangtua, khususnya ibu. Saya petikkan kalimat yang Chairul Tanjung berikut ini.

"Orang tua kami mempunyai prinsip, agar bisa keluar dari jerat kemiskinan, pendidikan merupakan langkah yang harus ditempuh dengan segala daya dan upaya. Apa pun akan mereka upayakan demi pendidikan formal anak-anaknya, sebagai bekal utama kesuksesan hidup di masa datang."

Untuk itu -- demikian ditulis dalam buku ini, ibunda dari Chairul Tanjung, Mpok Halimah, harus pontang-panting mendapatkan uang untuk mengongkosi kuliah anaknya di Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia.

"Dengan genangan air mata, ibu menatap mata saya dengan tajam sambil menepuk pundak saya dan berbicara 'Chairul, uang kuliah pertamamu yang ibu berikan beberapa hari yang lalu ibu dapatkan dari menggadaikan kain halus ibu. Belajarlah dengan serius, Nak'," papar Chairul Tanjung menyitir ucapan ibunya.

Mengingat betapa besarnya jasa sang Ibu, Chairul Tanjung menyatakan bahwa "apa yang saya capai hari ini merupakan berkah dan amanah dari Tuhan Yang Maha Esa dan kekuatan doa dari Sang Ibu yang sangat luar biasa terhadap kesuksesan yang saya raih hingga detik ini."

Begitulah, Chairul Tanjung menginspirasi kita untuk selalu menghormati dan menyayangi Ibu, karena hanya dengan doa-doa yang dipanjatkan ibu disertai upaya keras, kita bisa berhasil dalam hidup.

Membangun Kekuatan Sendiri

Kedua, buku "Dato' Sri Prof. Dr. Tahir, Living Sacrifice". Buku hasil karya Alberthiene Endah dan diterbitkan Gramedia (2015) ini, saya belajar tentang power di dalam diri manusia. Di dalam buku setebal 537 halaman ini -- cukup tebal ya, Tahir bertutur betapa pentingnya membangun kekuatan yang tersembunyi di dalam diri.

"Ada satu falsafah yang selalu mendekam dalam benak saya. Falsafah itu selalu saya temukan buktinya pada diri saya, juga orang lain. Falsafah yang proven. Bangunlah kekuatan dari dalam dan oleh diri sendiri. Berjuanglah untuk itu. Bekerjalah mati-matian untuk membentuk kemandirian dan kekuatan diri. Sebab, jika kita mendapat kesuksesan lantaran bersandar pada orang lain, posisi kita lemah. Bisa hilang sewaktu-waktu, atau dirampas orang lain. Jika kekuatan itu kita bangun sendiri, nobody can take away," paparnya

Selanjutnya ditulis, "Ya, saya sungguh percaya bahwa di dalam diri kita semua sebetulnya tersimpan sumber power yang luar biasa. Kita semua memiliki kekuatan yang tak terduga. Bahkan, mungkin selubung kelemahan yang tampak nyata di dalam diri kita merupakan pembungkus belaka bagi sesuatu yang seharusnya mampu digali menjadi kekuatan dahsyat."

Demikianlah, Tahir, bos Mayapada ini, mengingatkan kita untuk mengetahui dan meyakini dengan seyakin-yakinnya bahwa kita semua memiliki power yang sifatnya masih potensial, yang membutuhkan aktualisasi ke dalam kenyataan hidup.

Mendidik Anak Agar Mandiri

Ketiga, buku "Ciputra, The Entrepreneur, The Passion of My Life." Bacaan bermutu terbitan Gramedia (2019) dan ditulis oleh Alberthiene Endah setebal 444 halaman ini mengajarkan kita banyak hal. Salah satu diantaranya adalah bagaimana mempersiapkan generasi penerus dengan baik.

Ciputra mengingatkan bahwa tidak baik memanjakan anak-anak, tidak baik terlalu ringan tangan membantu segala macam persoalan yang dihadapi anak. Sebagai orangtua, hendaknya bijak, kapan seharusnya melibatkan diri, kapan harus membiarkan anak berjuang sendiri agar bisa mandiri.

Dikatakan,"Saya ingin melakukan mentoring yang benar-benar dari akar pada anak-anak. Jangan sampai mereka mengepakkan sayap di dahan pohon yang sudah tinggi. Mereka harus benar-benar terlibat sejak benih disemai, agar kekuatan mereka dalam menjalankan usaha memiliki fondasi yang kuat karena semua berdasarkan pengalaman."

"Keras dan tegas. Saya memimpikan mereka untuk menjadi anak-anak yang mandiri, sebab hidup tak bisa disikapi dengan lemah. Anak-anak saya harus mengerti bahwa ketika kesusahan hidup datang, mereka tak bisa menghadapinya hanya dengan air mata. Mereka butuh keberanian dan tekad."

Demikianlah Ciputra, salah satu entrepreur legendaris Indonesia, menginspirasi kita untuk menguatkan kemandirian anak-anak dengan memberi kesempatan kepada mereka untuk menjajal kemampuan diri melalui pengalaman langsung di lapangan. Hanya dengan begitu ia akan menjadi kuat dan tangguh secara mental.

Tiada Hari Tanpa Syukur

Keempat, buku "Syukur Tiada Akhir, Jejak Langkah Jaob Oetama." Buku bagus terbitan Kompas (2011) ini disusun St. Sularto, setebal 657 halaman (saya baca hampir sebulan lamanya, he he). Buku tebal ini tak hanya berisi kisah hidup sang tokoh, bahkan juga konsep-konsep dalam bermedia sehingga bisa tetap eksis dalam segala situasi. Tetapi, dalam artikel singkat ini bukanlah hal yang berkaitan dengan bermedia yang saya petikkan untuk pembaca, melainkan bagaimana Jacob Oetama senantiasa bersyukur dalam hidupnya.

"Sebagai orang beriman, saya merasakan adanya terang dan dorongan Ilahi. Sering saya katakan belakangan ini, semua berkat providential dei (penyelenggaraan Allah) sehingga saya selalu menundukkan kepala, bersyukur, dan berterima kasih. Semuanya terjadi tidak sebagai kebetulan, tetapi dalam ranah bimbingan dari Atas."

Dikatakan, "Praci dina. Sebuah ungkapan bahasa Jawa, artinya kurang lebih, tiada hari tanpa ucapan syukur dan terima kasih. 'Beryukur, bersyukur! Ya, bersyukur! Saya yang penuh kekurangan dan kesalahan, kok, dipercaya oleh Tuhan jadi perantara rahmat-Nya bagi kebahagiaan orang banyak'."

Nah, dari Jakob Oetama, kita terinspirasi untuk senantiasa bersyukur atas berkat Tuhan. Dengan bersyukur kita akan selalu merasa bekerja dalam karunia-nya dan didampingi-Nya, selalu.

Pembaca, itu dulu ya bahasan kita kali ini tentang betapa perlu dan pentingnya membaca buku-buku biografi para tokoh yang sudah terbukti mencapai kemajuan. Kendati pun terkadang terasa buku-buku seperti itu mengemukakan melulu hal-hal yang baik tentang sang tokoh, namun kebermanfaatannya sungguh dahsyat! Apabila kita bersedia membuka diri dan membaca cermat, niscaya banyak hal yang bisa kita pelajari, banyak nilai-nilai luhur kehidupan yang bisa kita adopsi. Berjuang meraih kemajuan dengan belajar dari para tokoh yang terbukti sukses, why not?

( I Ketut Suweca, 24 Maret 2020).

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Hobby Selengkapnya
Lihat Hobby Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun