Mohon tunggu...
I Ketut Suweca
I Ketut Suweca Mohon Tunggu... Dosen - Dosen - Pencinta Dunia Literasi

Kecintaannya pada dunia literasi membawanya suntuk berkiprah di bidang penulisan artikel dan buku. Baginya, hidup yang berguna adalah hidup dengan berbagi kebaikan, antara lain, melalui karya tulis.

Selanjutnya

Tutup

Gaya Hidup Pilihan

Ingin Bahagia Bersama Pasangan? Hentikan Kritik yang Menyudutkan dan Perbanyak Pujian

4 Maret 2020   20:13 Diperbarui: 28 Maret 2020   08:37 317
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ia pintar memasak nasi goreng yang luar biasa enak.

Ia jago menjahit baju untuk keluarga.

Ia ramah dan pintar bergaul sehingga memiliki banyak sahabat.

Ia selalu rajin mendampingi anak ketika belajar.

Dan, hal-hal lain yang bisa ditemukan pada pasangan.

Berfokus pada Hal-Hal Baik

Nah, hal-hal positif pada pasangan itulah, saya kira, seyogianya menjadi fokus perhatian sekaligus sebagai sasaran untuk melayangkan pujian. Tak ada orang yang marah dengan pujian yang tulus, bukan? Sebaliknya, orang pada umumnya, siapa pun dia, akan merasa senang apabila dipuji tentang segala sesuatu yang dilakukannya dengan baik. Dan, jangan lupa, pujian itu akan melahirkan hal-hal baik berikutnya. Orang yang dipuji cenderung menjaga image-nya. Lalu, berupaya juga memperbaiki hal-hal lain pada dirinya ke arah yang lebih baik.

Pujian yang mengena akan membawa komunikasi menjadi baik. Pujian yang tulus akan mendapatkan respons positif dari orang yang dipuji, bahkan bisa membalas memuji. Nah, jika demikian halnya, mengapa kita tidak juga melihat hal-hal baik pada pasangan dan menjadikan itu sebagai sasaran pujian?

Lepaskan Panah Pujian ke Sasaran

Mari berhenti mengkritik. Lebih baik gunakan jurus pujian yang tulus dan mengena. Dengan demikian, ruang komunikasi akan terbuka lebar, sikap saling memahami akan bertumbuh, kasih-sayang akan menguat, dan keutuhan dalam kebersamaan pun akan terjaga.

Keretakan, bahkan kehancuran keluarga banyak disebabkan karena komunikasi yang buruk. Komunikasi yang buruk banyak disebabkan oleh kebiasaan melihat kekurangan pada pasangan. Daripada menyoroti dan mengkritik kekurangan pasangan, mengapa tidak memilih untuk melihat hal-hal baik padanya? Lalu, melesatkan panah sasaran pujian terhadap hal-hal baik itu? Niscaya hal-hal yang baik akan bertumbuh padanya, juga pada kita.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Gaya Hidup Selengkapnya
Lihat Gaya Hidup Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun