Selanjutnya yang berkaitan dengan penggunaan ejaan, diberikan sejumlah contoh (hal. 185). Bentuk tidak baku antara lain: menghancur leburkan, mempertanggung jawabkan, kesimpang siuran, ketidak adilan, dianak-tirikan. Bentuk bakunya adalah: menghancurleburkan, mempertanggungjawabkan, ketidakadilan, dianaktirikan.
Pascasarjana, bukan Pasca Sarjana
Berikutnya, bentuk tidak baku: non migas, purna wirawan, tuna wisma, pasca sarjana, semi profesional, super ordinat, swa daya; seharusnya, sesuai dengan bentuk baku menjadi: tunawisma, pascasarjana, semiprofesional, superordinat, swadaya. Selanjutnya, bila bentuk tersebut diikuti oleh kata yang huruf awalnya huruf besar, di antara kedua unsur itu dituliskan tanda hubung (-). Misalnya: non-RRC, non-Indonesia, pan-Afrikanisme.
Banyak hal lagi yang dipaparkan secara detail di dalam buku ini. Mungkin sebagian isinya sudah kita terapkan setiap kali menulis, sebagian lagi belum. Saya sendiri merasa sangat terbantu oleh buku ini.
Buku ini menjadi semacam panduan yang relatif lengkap dan tentu sangat dibutuhkan oleh para penulis. Dengan berpedoman pada buku ini, di samping buku-buku sejenis lainnya, kita bisa mengurangi kesalahan dalam pemakaian Bahasa Indonesia. Kita merasa lebih mantap dalam menggunakan ejaan, memilih kata, menyusun kalimat, serta paragraf.
Pembaca tertarik? Silakan berburu buku bagus yang ditulis dengan cermat oleh ahlinya. Prof. Dr. Haji  Zaenal Arifin, M.Hum., dan Drs. S. Amran Tasai, M.Hum. -- penulisnya,  adalah pakar Bahasa Indonesia.
( I Ketut Suweca, 1 Maret 2020). Â Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H