Mohon tunggu...
I Ketut Suweca
I Ketut Suweca Mohon Tunggu... Dosen - Dosen - Pencinta Dunia Literasi

Kecintaannya pada dunia literasi membawanya suntuk berkiprah di bidang penulisan artikel dan buku. Baginya, hidup yang berguna adalah hidup dengan berbagi kebaikan, antara lain, melalui karya tulis.

Selanjutnya

Tutup

Worklife Pilihan

Melawan Kebiasaan Menunda-nunda Pekerjaan

31 Januari 2020   18:53 Diperbarui: 29 Maret 2020   04:06 695
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Ketiga, kesibukan yang terlalu padat. Kesibukan dalam keseharian sering manjadi biang keladi mengapa suatu tugas tertentu menjadi terbengkalai. Benar bahwa jika kita terlalu sibuk, maka mungkin saja satu atau lebih dari pekerjaan yang seharusnya dikerjakan menjadi tak tertangani secara berlarut-larut.

Akan tetapi, benarkah alasan kesibukan itu, alasan tumpukan pekerjaan yang over capasity? Jangan-jangan persoalannya ada pada bagaimana memanajemeni waktu dengan baik. Maka, ada baiknya diperiksa pemanfaatan waktu: adakah waktu yang dipakai sudah sesuai dengan skala prioritas yang ditetapkan?

Keempat, "penyakit" malas. Jika mau jujur, kebanyakan dari kebiasaan menunda-nunda itu disebabkan oleh faktor kemalasan. Malas mengambilnya. Malas mengerjakannya. Malas memulainya. Penyakit malas ini mendera banyak orang, padahal hal ini sangat menentukan masa depan seseorang. Ia benar-benar musuh dalam selimut.

Kebiasaan yang Menentukan Takdir

Kebiasaan bermalas-malasan itu terbentuk dari pengulangan. Artinya, satu, dua, tiga kali kemalasan itu dipraktekkan boleh jadi menyenangkan, bahkan sangat menyenangkan. Menyenangkan karena tidak bekerja, menyenangkan karena dapat bersantai, menyenangkan karena tak harus berpikir keras atau bekerja keras.

Kemudian, kemalasan yang pada awalnya dilakukan beberapa kali saja, selanjutnya berkembang menjadi kebiasaan. Intensitas pengulangan kemalasan semakin menjadi-jadi. Terjadi berulangkali, berkali-kali, bahkan dalam kurun waktu yang semakin lama. Kemalasan akhirnya berubah rupa menjadi kebiasaan.

Nah, kalau sudah pada tingkat kebiasaan, maka dapat dipastikan ia akan bersifat menahun, sulit sekali dirubah. Kalau sudah sulit dirubah, maka motivasi, dorongan perbaikan, ajakan positif dari orang lain untuk melepaskan kemalasan itu, tak bakal didengar, apalagi dipatuhi. Kebiasaan ini pun akhirnya mewujud menjadi takdir kehidupan.

Ringkasnya, ada empat penyebab mengapa orang suka menunda-nunda, yaitu karena tak memiliki prioritas, menghadapi pekerjaan yang sulit, kesibukan yang padat, dan terakhir, kemalasan.

Hendaknya setiap orang memiliki skala prioritas dalam menangani pekerjaan mengingat waktu yang terbatas. Selanjutnya, pengalokasian waktu dengan baik untuk menangani sederet tugas sehari-hari. Terakhir, mari lawan rasa malas itu setiap kali ia datang, dengan prinsip: kerjakan sekarang juga!

( I Ketut Suweca, 31 Januari 2020).

 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Worklife Selengkapnya
Lihat Worklife Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun