Sekenang men melajah, pang dadi anak duweg buin pidan," begitu kurang-lebih kata beliau yang selalu terngiang. Artinya begini: Bapak sudah terlanjur bodoh, tidak berpendidikan. Jangan sampai anak-anak Bapak mengikuti Bapak. Bersungguh-sungguhlah belajar, agar kamu menjadi anak pintar kelak.
Hingga saat ini pitutur ayah tak pernah saya lupakan, mungkin juga tak dilupakan oleh saudara-saudara saya yang lain. Pitutur itu demikian melekat di dalam hati, apalagi saat mengucapkan itu ayah dalam ekspresi yang bersungguh-sungguh dan menyuruh kami duduk terlebih dahulu. Pitutur itulah, salah satunya yang mendorong kami untuk meneruskan sekolah kendati banyak kesulitan di bidang ekonomi.
Tanamilah Dirimu Sendiri
Satu lagi pitutur yang tidak pernah saya lupakan. Bukan dari orang tua saya, melainkan dari sosok orang suci yang berpengaruh. Dalam sebuah biografi, Ida Pedanda Sidemen, bertutur nasihat yang sangat bijak. Sebuah nasihat yang pantas dipedomani dalam menjalani kehidupan. Kata beliau: "Yen cening tuara ngelah karang carik, dewek ceninge  tandurin." Kalimat beliau singkat saja, tetapi maknanya dalam. Makna pitutur Ida Pedanda Sidemen adalah "jika kamu tak memiliki sawah ladang, tanamilah dirimu sendiri." Â
Terjemahan bebasnya: Â walau seandainya kamu terlahir dan berasal dari keluarga miskin yang tak punya sawah dan ladang, nggak apa-apa. Kamu masih punya tempat untuk bertanam. Di mana? Di dalam dirimu sendiri. Tanamilah dirimu dengan ilmu pengetahuan, dengan ilmu kebijaksanaan hidup.
Seperti pitutur ayah, 'piteket' Â Ida Pedanda Sidemen ini pun tak pernah lepas dari ingatan saya, bagai penerang jalan kehidupan. Bahkan, ketika sedang mengajar di depan kelas, pitutur itu teringat secara tiba-tiba, dan saya teruskan pesan tersebut kepada para mahasiswa.
Pitutur memang dihadirkan untuk kita camkan. Pitutur akan bermanfaat bagi mereka yang bersungguh-sungguh mau menerima dan menghayatinya. Pitutur akan berguna apabila dilaksanakan dalam praktik kehidupan sehari-hari. Kita mendapatkannya dari para pendahulu, saatnya kita meneruskannya kepada para penerus, setelah berupaya mengimplentasikannya terlebih dahulu.
( I Ketut Suweca, 22 Desember 2020). Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H