Mohon tunggu...
I Ketut Suweca
I Ketut Suweca Mohon Tunggu... Dosen - Dosen - Pencinta Dunia Literasi

Kecintaannya pada dunia literasi membawanya suntuk berkiprah di bidang penulisan artikel dan buku. Baginya, hidup yang berguna adalah hidup dengan berbagi kebaikan, antara lain, melalui karya tulis.

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Pitutur Orangtua dan Orang Suci, Penerang Jalan Kehidupan

22 Desember 2019   22:05 Diperbarui: 30 Maret 2020   17:48 100
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Sekenang men melajah, pang dadi anak duweg buin pidan," begitu kurang-lebih kata beliau yang selalu terngiang. Artinya begini: Bapak sudah terlanjur bodoh, tidak berpendidikan. Jangan sampai anak-anak Bapak mengikuti Bapak. Bersungguh-sungguhlah belajar, agar kamu menjadi anak pintar kelak.

Hingga saat ini pitutur ayah tak pernah saya lupakan, mungkin juga tak dilupakan oleh saudara-saudara saya yang lain. Pitutur itu demikian melekat di dalam hati, apalagi saat mengucapkan itu ayah dalam ekspresi yang bersungguh-sungguh dan menyuruh kami duduk terlebih dahulu. Pitutur itulah, salah satunya yang mendorong kami untuk meneruskan sekolah kendati banyak kesulitan di bidang ekonomi.

Tanamilah Dirimu Sendiri

Satu lagi pitutur yang tidak pernah saya lupakan. Bukan dari orang tua saya, melainkan dari sosok orang suci yang berpengaruh. Dalam sebuah biografi, Ida Pedanda Sidemen, bertutur nasihat yang sangat bijak. Sebuah nasihat yang pantas dipedomani dalam menjalani kehidupan. Kata beliau: "Yen cening tuara ngelah karang carik, dewek ceninge  tandurin." Kalimat beliau singkat saja, tetapi maknanya dalam. Makna pitutur Ida Pedanda Sidemen adalah "jika kamu tak memiliki sawah ladang, tanamilah dirimu sendiri."  

Terjemahan bebasnya:  walau seandainya kamu terlahir dan berasal dari keluarga miskin yang tak punya sawah dan ladang, nggak apa-apa. Kamu masih punya tempat untuk bertanam. Di mana? Di dalam dirimu sendiri. Tanamilah dirimu dengan ilmu pengetahuan, dengan ilmu kebijaksanaan hidup.

Seperti pitutur ayah, 'piteket'  Ida Pedanda Sidemen ini pun tak pernah lepas dari ingatan saya, bagai penerang jalan kehidupan. Bahkan, ketika sedang mengajar di depan kelas, pitutur itu teringat secara tiba-tiba, dan saya teruskan pesan tersebut kepada para mahasiswa.

Pitutur memang dihadirkan untuk kita camkan. Pitutur akan bermanfaat bagi mereka yang bersungguh-sungguh mau menerima dan menghayatinya. Pitutur akan berguna apabila dilaksanakan dalam praktik kehidupan sehari-hari. Kita mendapatkannya dari para pendahulu, saatnya kita meneruskannya kepada para penerus, setelah berupaya mengimplentasikannya terlebih dahulu.

( I Ketut Suweca, 22 Desember 2020).  

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun