Mohon tunggu...
I Ketut Suweca
I Ketut Suweca Mohon Tunggu... Dosen - Dosen - Pencinta Dunia Literasi

Kecintaannya pada dunia literasi membawanya suntuk berkiprah di bidang penulisan artikel dan buku. Baginya, hidup yang berguna adalah hidup dengan berbagi kebaikan, antara lain, melalui karya tulis.

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Tugas Pertama Mahasiswa, Hafalkan Pancasila

2 November 2019   20:19 Diperbarui: 2 November 2019   21:30 88
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Hari itu saya mengajar di kelas komunikasi untuk pertama kalinya. Maklum, baru awal semester. Mahasiswa yang jumlahnya tak kurang dari 25 orang dalam satu kelas sedang mengikuti perkuliahan sebelumnya.

Saya yang baru saja datang, untuk sementara menunggu di luar. Tidak lebih dari 5 menit menunggu, dosen sebelumnya ke luar kelas. Dekat pintu keluar, kami sempat berbincang-bincang singkat dengannya dan berpisah.  

"Selamat pagi," sapa saya seraya memasuki ruang kelas. Mereka kompak membalas dengan "selamat pagi" juga. Lalu, saya membuka laptop untuk disambungkan dengan LCD sehingga paparan di power point segera tampak di layar. Saya pun memulai tugas mentransfer pengetahuan untuk generasi penerus.

Larangan Bermain HP

Sebagian mahasiswa sudah bekerja, sebagian lagi belum lama lulus dari SMA. Sebelum masuk ke materi perkuliahan saya mengajak mahasiswa untuk menyepakati dan menaati tiga hal, yakni, pertama, hendaknya rajin kuliah. 

Kedua, tidak bermain HP tatkala sedang mengikuti perkuliahan, kecuali ada yang menggunakan HP/tablet untuk mencatat. Ketiga, saat Ujian Tengah Semester (UTS) dan Ujian Akhir Semester (UAS), hindari menjawab pertanyaan dengan cara searching di google dan sejenisnya.

"Saya sangat menghargai pendapat dan kemampuan Saudara sendiri saat menjawab pertanyaan ujian," kata saya sambil mengatakan bahwa jika menggunakan informasi dari internet untuk menjawab soal, itu jalan yang sangat mudah, tapi tak bermanfaat. Saya katakan lagi, "Saudara tak akan dapat menyerap kedalamannya, jadi tidak belajar secara sungguh-sungguh. Kalau menggunakan internet saat menjawab soal, berarti Saudara hanya ingin mendapat nilai tanpa merasa harus belajar sebelumnya. Ini tak berguna bagi Saudara. Yang penting dalam perkuliahan adalah kemampuan menyerap atau menginternalisasi ilmu ke dalam diri."

Test Menghafal Pancasila

Mereka sepakat dan siap mematuhi kesepakatan itu. Kami pun bersiap masuk ke materi pembelajaran. Mata kuliah yang saya ampu adalah Pendidikan Pancasila, di semester satu. "Pertama-tama saya ingin mengetahui apakah Saudara-saudara hafal dengan teks Pancasila? Saya minta ada tiga orang yang bersedia ke depan, satu per-satu. 

Mereka pun ke depan. Yang berbicara pertama benar-benar hafal Pancasila, teksnya maupun urut-urutannya. Kami semua tepuk tangan. Penghafal kedua juga fasih dan mengucapkan dengan suara lantang.  Kembali kami bertepuk tangan. Lalu, yang ketiga pun hafal, tak kalah dengan dua teman sebelumnya. Tapi, terpaksa ditunda tepuk tangannya karena cara berdirinya kurang tegap.

"Yang tegap ya Dik berdirinya, dan menatap ke depan. Ucapkan dengan penuh semangat," kata saya seraya meminta dia mengulang. Ia pun mengatakan "siap" lalu memulai menghafalkan Pancasila dari sila pertama sampai sila kelima dengan sangat bagus. Dan, semuanya bertepuk tangan dengan keras.

Mulanya saya khawatir kalau-kalau ada mahasiswa baru yang tidak hafal Pancasila. Walaupun tak mengetes yang lain, saya yakin mereka semua hafal Pancasila melihat wajah mereka semua sumringah, bahkan ada dua lainnya menaikkan tangan minta ditunjuk ke depan menghafalkan teks Pancasila.

Usai itu, pelajaran pun dimulai dengan melihat ke paparan di layar. Saya bilang, "Mari kita mulai dengan Pengertian Pancasila, baik secara etimologis, historis, maupun terminologis." Kami pun semua suntuk belajar dan berdiskusi, nyaris lupa waktu. 

Tak terasa jam di tangan menunjukkan pukul 11.15, padahal kuliah mestinya berakhir pukul 11.00.  Sudah lewat 15 menit, saatnya saya minta diri dari kuliah perdana itu.

(I Ketut Suweca, 2 November 2019).

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun