Mohon tunggu...
I Ketut Suweca
I Ketut Suweca Mohon Tunggu... Dosen - Dosen - Pencinta Dunia Literasi

Kecintaannya pada dunia literasi membawanya suntuk berkiprah di bidang penulisan artikel dan buku. Baginya, hidup yang berguna adalah hidup dengan berbagi kebaikan, antara lain, melalui karya tulis.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Long Distance Relationship (LDR) dan Peluang Keberhasilannya

1 April 2019   17:10 Diperbarui: 1 April 2019   17:18 271
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Adakah yang berani menyatakan bahwa hubungan LDR pasti tidak akan pernah berhasil sampai ke jenjang pernikahan? Atau, adakah yang memastikan bahwa LDR akan berakhir di pelaminan? Agaknya, hubungan cinta jarak jauh semacam ini keberhasilannya fifty-fifty. Bisa berhasil, bisa pula tidak. Mari kita lihat dua contoh di bawah ini.

LDR yang Berakhir dengan Kegagalan

Pertama, hubungan LDR dilakukan dua insan yang saling mencintai. Yang pria ada di Jakarta untuk tujuan meneruskan studi, sedangkan yang wanita di Mataram, juga kuliah. Mereka menjalin hubungan sudah selama lima tahun, bahkan sejak SMA kelas 3.

Beberapa kali memang mereka mengalami salah paham hanya lantaran cemburu. Tapi, di awal keduanya bersepakat untuk tidak berpisah. Lantaran jarak, mereka bertemu secara fisik dua kali setahun. Sisanya, mereka berkomunikasi melalui gadget.

Orangtua si pria memberikan respons positif terhadap hubungan mereka berdua. Demikian pula dengan orangtua pihak gadis, sama sekali tidak keberatan anak gadisnya berpacaran dengan pemuda pilihannya itu. Hingga kemudian, tibalah saatnya si gadis menjalani Kuliah Kerja Nyata (KKN). Namun, ketika KKN berlangsung, si gadis tiba-tiba jatuh hati dengan pria lain, teman se-KKN-nya. Melihat ini, teman-teman si gadis sudah mengingatkan agar dia tidak berkhianat seperti itu karena sudah memiliki tambatan hati yang jauh di Jakarta.

Si pria yang nun jauh di Jakarta pun mendengar kabar buruk ini. Apa yang terjadi kemudian? Mereka akhirnya  putus setelah melewati masa pacaran yang tidak singkat. Yang gadis merasa kurang mendapatkan perhatian dan sentuhan kasih sayang yang cukup karena faktor jarak dan tak mampu hadapi godaan. Sementara, si pria merasa dikhianati. Ia juga menyadari, keberadaannya di Jakarta tak memungkinkan baginya untuk bisa selalu berada di dekat sang gadis.

LDR yang Berakhir dengan Pernikahan

Kasus pertama itu berbeda sama sekali dengan kasus di bawah ini. Masih dalam kaitannya dengan LDR. Si pria kuliah di sebuah perguruan tinggi negeri di Jakarta, si gadis kuliah di Denpasar.

Selama enam tahun mereka menjalani LDR dengan berbagai dinamikanya. Sejak mereka mulai kuliah di tempat yang berbeda, jalinan cinta itu sudah terbina. Hanya sesekali mereka bisa bertemu, paling banyak dua kali setahun. Akan tetapi, mereka secara intensif  saling berkomunikasi satu sama lain.

Sang pria pun akhirnya menamatkan kuliahnya dan bekerja di sebuah bank pemerintah  di di kota Palu, Sulawesi. Si gadis pun menyelesaikan kuliahnya tepat waktu dan lanjut bekerja sebagai perawat di sebuah Rumah Sakit di Denpasar. Mereka sudah sama-sama bekerja.

Secara finansial sebenarnya mereka sudah bisa menjalani hidup berkeluarga. Akan tetapi, mereka memilih bekerja lebih dahulu selama 2 tahun.  Akhirnya, mereka sukses menjalin hubungan hingga ke jenjang pernikahan yang indah. Kini mereka tinggal di kota Palu, hidup bersama dalam suka dan duka.

Diperlukan Dua Hal Utama

Pertanyaan yang muncul dari dua kasus ini adalah, mengapa pasangan yang satu gagal, sedangkan pasangan yang lainnya berhasil menjalani hubungan? Di antara kompleksitas masalah yang dihadapi, ada dua faktor utama yang kiranya menentukan tingkat keberhasilan sebuah hubungan LDR seperti ini.

Pertama, komitmen kedua belah pihak.  Adakah komitmen keduanya untuk tetap setia betapa pun godaan, tantangan, dan kesulitan yang harus dihadapi? Adakah keduanya berkomitmen untuk memegang janji untuk tidak akan berpisah? Jika komitmen ini ada, kemungkinan besar cinta yang mereka bina akan terawat hingga bergulir ke jenjang perkawinan. Komitmen yang kuat bisa menghadapi beragam godaan, tantangan, dan keinginan berpaling ketika menemukan orang lain  yang dipandang lebih baik.

Kedua, komunikasi yang efektif. Apakah mereka berdua secara kontinyu berkomunikasi melalui sarana yang tersedia? Apakah mereka selalu bertutur tentang pengalaman hidup masing-masing dan bersedia saling berbagi dan saling mendengarkan? Adakah mereka dalam berkomunikasi berkata jujur, terbuka,  dan saling percaya?

Pada contoh kasus pertama, pasangan LDR ini kurang memiliki komitmen walaupun sempat ada pada awalnya. Komunikasi pun sesekali terjadi namun tidak intensif. Yang sering terjadi dalam komunikasi justru lontaran rasa saling cemburu dan curiga. Sebaliknya, pada kasus yang kedua, kedua syarat terpenuhi. Mereka terus berkomunikasi dan memiliki komitmen untuk hidup bersama sejak awal.  

( I Ketut Suweca, 1 April 2019).

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun