"Dalam penjara Glodok, Hatta menamatkan penulisan buku Krisis Ekonomi dan Kapitalisme. Bahkan karena keranjingannya membaca dan menulis, Bung Hatta membawa serta buku-bukunya saat dipenjara di Boven Digul, Papua, tahun 1934," terang Dawami.Â
Dikatakan, Deliar Noer, penulis buku biografi Muhammad Hatta, Biografi Politik, mengutip ucapan Bung Hatta sebagai berikut : "Buku adalah temanku. Buku-buku menjadi temanku dan pastilah (penjara) ini merupakan tempat tenang untuk belajar. Selama aku memiliki buku, aku dapat tinggal di mana saja."Â
Karl May dan Pipiet Senja
Penulis buku ini juga mengambil beberapa contoh lainnya. Karl May, misalnya, sang penulis cerita petualangan. Ia lahir dari keluarga yang sangat miskin, sering didera kesengsaraan yang hebat, kemelaratan, bahkan sering kali kelaparan.Â
Karl May sejak lahir mengalami kebutaan akibat kekurangan vitamin A dan D, namun pada usia lima tahun ia mendapat kesempatan untuk mengikuti operasi mata sehingga membuatnya bisa melihat.Â
Dalam perjalanan hidupnya, karena tuduhan-tuduhan yang ditimpakan padanya, ia sempat dua kali masuk penjara. Selama di penjara itulah Karl May banyak membaca, terutama membaca buku geografi yang mengilhaminya untuk menulis cerita petualangan. Buku  yang lahir dari tangannya, antara lain Winnetou dan Kara ben Nemsi, keduanya novel petualangan yang terkenal.
Contoh lainnya yang disajikan Dawami adalah kisah hidup penulis Pipiet Senja. Ia adalah pembaca yang rajin, banyak bacaan digumulinya sehingga menjadikan wawasannya sangat luas.Â
Buku-buku terbitan dalam dan luar negeri, seperti karya Kuntowidjojo, Ajib Rosidi, Kho Ping Ho, Charles Dicken, Emille Zola, Barbara Cartland, Sidney Sheldon, dan masih banyak lagi. Â Tetapi, tahukah Anda bahwa Pipiet Senja berjuang melawan penyakit thalasemia? Karena penyakitnya itu, sejak sejak kelas enam SD, Pipiet sudah mulai ditransfusi darah setiap dua-tiga bulan sekali.Â
Penyakit itu, tulis Dawami dalam bukunya ini, tidak ada obatnya, kecuali transfusi darah secara berkelanjutan. Di sela-sela penderitaannya itu, ia terus menulis dan menulis. Tak kurang dari 55 judul buku terlahir dari tangannya.
Masih ada beberapa penulis yang didera penderitaan, namun tetap konsisten menulis dicontohkan di dalam buku ini, seperti Gao Xingjian, Â Karen Amstrong, dan Virginia Woolf. Â
Okey, tugas saya memperkenalkan buku ini sudah usai. Cukup dulu ya sahabat. Khawatir kepanjangan dan membosankan. Silakan Anda mendapatkan buku ini dan menikmatinya.