Hilirisasi industri di Indonesia telah menjadi strategi yang menjanjikan untuk meningkatkan daya saing global dan mengatasi "Middle Income Trap" yang dihadapi negara. Hilirisasi industri, yang melibatkan peningkatan nilai tambah produk melalui kegiatan produksi lebih lanjut, memiliki potensi besar untuk merangsang pertumbuhan ekonomi, menciptakan lapangan kerja, dan meningkatkan daya saing global.Â
Dengan mendorong hilirisasi, Indonesia dapat mengurangi ketergantungan pada sektor ekonomi tertentu dan diversifikasi perekonomian, meningkatkan daya saing global dengan produk yang memiliki nilai tambah tinggi. Standar kualitas yang tinggi dan inovasi dalam proses produksi akan meningkatkan citra produk Indonesia di mata dunia.Â
Selain itu, hilirisasi industri juga dapat menjadi katalisator bagi pemberdayaan Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM), menciptakan lingkungan yang mendukung inovasi dan kreativitas, serta meningkatkan ekosistem bisnis yang lebih dinamis dan inklusif.
Dalam implementasi hilirisasi industri, Indonesia telah berkomitmen untuk terus menggenjot penghiliran. Kebijakan hilirisasi industri tambang telah memberikan kontribusi besar bagi pertumbuhan perekonomian Indonesia, namun juga memiliki dampak negatif terhadap lingkungan dan kesehatan masyarakat sekitar tambang. Oleh karena itu, perlu adanya regulasi yang tepat untuk meminimalkan dampak negatif tersebut dan memaksimalkan dampak positif. Selain itu, Indonesia juga telah mendorong pemanfaatan teknologi untuk hilirisasi komoditas berbasis mineral dan logam, seperti bauksit, timah, tembaga, dan nikel, dengan proyeksi nilai investasi dalam peta jalan hilirisasi Indonesia mencapai USD545.3 miliar. Kebijakan larangan ekspor bijih nikel pada tahun 2020 telah mampu meningkatkan ekspor komoditas hilirisasi nikel hingga mencapai USD14,53 miliar pada tahun 2022, serta menumbuhkan ekosistem industri stainless steel dengan peningkatan potensi nilai tambah dari bijih nikel menjadi feronikel dan billet stainless steel menjadi 14 hingga 19 kali lebih tinggi.
Dalam keseluruhan, hilirisasi industri di Indonesia memiliki potensi besar untuk meningkatkan daya saing global, menciptakan lapangan kerja, dan meningkatkan perekonomian nasional. Dengan mendorong hilirisasi, Indonesia dapat mengurangi ketergantungan pada sektor ekonomi tertentu, meningkatkan daya saing global dengan produk yang memiliki nilai tambah tinggi, serta menciptakan lingkungan yang mendukung inovasi dan kreativitas.
Beberapa penelitian sebelumnya Hilirisasi industri mengacu pada upaya meningkatkan nilai tambah dari produk-produk primer melalui proses produksi lebih lanjut, seperti pengolahan dan manufaktur. Konsep ini menekankan pentingnya memperluas rantai nilai dalam industri untuk menciptakan produk dengan kualitas dan nilai ekonomi yang lebih tinggi.Â
Hilirisasi bertujuan untuk diversifikasi ekonomi, pengurangan ketergantungan pada ekspor bahan mentah, penciptaan lapangan kerja, dan peningkatan daya saing global. Manfaat lainnya termasuk peningkatan pendapatan nasional dan pengembangan teknologi serta inovasi (Hausmann, Hwang, & Rodrik, 2007).
Pemerintah Indonesia telah menerapkan berbagai kebijakan untuk mendorong hilirisasi, termasuk larangan ekspor bahan mentah seperti bijih nikel pada tahun 2020. Kebijakan ini bertujuan untuk meningkatkan nilai tambah dari produk tambang melalui proses pengolahan domestik (Kementerian Perindustrian, 2020). Peta jalan hilirisasi industri Indonesia memproyeksikan investasi sebesar USD545,3 miliar untuk pengembangan infrastruktur dan teknologi pengolahan komoditas berbasis mineral dan logam (Kementerian Investasi, 2023).
Bagaimana hilirisasi industri meningkatkan nilai tambah produk ekspor Indonesia?
Bagaimana hilirisasi industri berkontribusi terhadap pertumbuhan Produk Domestik Bruto (PDB) Indonesia?
Bagaimana hilirisasi industri memengaruhi struktur perekonomian Indonesia, khususnya sektor manufaktur dan non-manufaktur?
Bagaimana hilirisasi industri meningkatkan daya saing produk Indonesia di pasar global?
Bagaimana hilirisasi industri menarik investasi asing langsung (FDI) ke Indonesia?
Hilirisasi industri merupakan strategi penting yang telah direncanakan oleh pemerintah Indonesia sejak tahun 2010, terutama untuk sektor pertambangan. Program hilirisasi memungkinkan produk awal yang masih mentah diubah menjadi produk dengan nilai tambah yang lebih tinggi, memiliki kualitas dan harga jual yang lebih baik, sehingga meningkatkan daya saing di pasar. Hilirisasi dapat menciptakan produk-produk baru bernilai tambah tinggi memiliki kualitas dan standar yang lebih baik, sehingga dapat memenuhi kebutuhan pasar internasional. Adanya produk baru yang dapat dipasarkan di pasar internasional, akan membuka peluang baru untuk meningkatkan ekspor dan perolehan devisa negara. Jadi, hilirisasi industri adalah strategi yang tepat untuk meningkatkan pertumbuhan ekonomi suatu daerah dan negara. Langkah-langkah hilirisasi ini bertujuan untuk meningkatkan nilai ekonomi negara, menciptakan lapangan kerja, serta mengurangi ketergantungan pada ekspor bahan mentah.
Kontribusi hilirisasi industri terhadap pertumbuhan Produk Domestik Bruto (PDB) Indonesia
Hilirisasi industri sendiri berkontribusi signifikan terhadap pertumbuhan Produk Domestik Bruto (PDB) Indonesia. Berdasarkan data, sektor industri pengolahan telah tumbuh sebesar 4,88% (yoy) dengan kontribusi mencapai 18,25% terhadap PDB. Dalam beberapa tahun terakhir, kinerja pertumbuhan PDB sektor industri pengolahan secara umum menunjukkan tren positif, dengan beberapa industri yang relatif tumbuh stabil dan rata-rata laju pertumbuhan tahunannya jauh melampaui rata-rata laju pertumbuhan PDB nasional.
Pemerintah mengklaim program hilirisasi berhasil memberi nilai tambah bagi negara. Dikutip dari Detikfinance Presiden Jokowi mengatakan, sebelum tahun 2020, negara hanya menerima sekitar $2,1 miliar atau setara Rp32 triliun dari pendapatan ekspor nikel mentah. Setelah implementasi hilirisasi, industrialisasi mencapai $33,8 miliar, melonjak dari Rp32 triliun menjadi Rp510 triliun.
Pengaruh hilirisasi industri terhadap struktur perekonomian Indonesia, khususnya sektor manufaktur dan non-manufaktur
Pemerintah Indonesia telah mengambil langkah-langkah konkret untuk mendorong hilirisasi industri, seperti pembangunan smelter untuk pengolahan bijih nikel dan tembaga. Selain itu, larangan ekspor beberapa komoditas seperti nikel dan aluminium juga menjadi bagian dari strategi hilirisasi. Roadmap hilirisasi produk logam hingga tahun 2025 telah disusun sejak tahun 2016, dengan fokus pada hilirisasi baja dan komoditas aluminium.
Hilirisasi juga berdampak positif pada penciptaan lapangan kerja. Contohnya, PT Indonesia Morowali Industrial Park di Sulawesi Tengah menyerap sekitar 74.700 pekerja, dan PT Indonesia Weda Bay Industrial Park di Maluku Utara menyerap sekitar 56.000 pekerja. Tingginya serapan tenaga kerja ini menunjukkan bahwa hilirisasi tidak hanya meningkatkan nilai tambah produk, tetapi juga berkontribusi signifikan terhadap pengurangan pengangguran dan peningkatan kesejahteraan masyarakat.
Selain itu, hilirisasi telah memperkuat kontribusi sektor manufaktur terhadap produk domestik bruto (PDB). Peningkatan ini sebagian besar didorong oleh kebijakan pemerintah untuk mendukung dan memperkuat sektor manufaktur melalui program "Making Indonesia 4.0", yang berfokus pada penerapan teknologi industri 4.0 untuk meningkatkan efisiensi dan daya saing.
Sedangkan dalam sektor non-manufaktur, hilirisasi berperan penting dalam mendorong pertumbuhan ekonomi melalui beberapa mekanisme. Pertama, dengan meningkatnya aktivitas pengolahan dan pemrosesan, terjadi peningkatan permintaan terhadap sektor jasa pendukung seperti logistik, transportasi, dan layanan keuangan. Kedua, peningkatan aktivitas di sektor non-manufaktur, seperti pertanian, perikanan, dan pertambangan, juga mendapat manfaat dari hilirisasi. Misalnya, pengolahan produk pertanian menjadi makanan olahan atau produk perikanan menjadi produk dengan nilai tambah lebih tinggi tidak hanya meningkatkan pendapatan petani dan nelayan, tetapi juga memperluas lapangan pekerjaan di sektor-sektor terkait. Hal ini membantu diversifikasi ekonomi dan mengurangi ketergantungan pada ekspor bahan mentah.
Secara keseluruhan, hilirisasi industri memperkuat keterkaitan antar sektor ekonomi, mendorong pertumbuhan sektor jasa, dan meningkatkan daya saing produk Indonesia di pasar internasional. Ini juga membantu menciptakan stabilitas ekonomi yang lebih baik dengan memberikan nilai tambah pada sumber daya domestik sebelum diekspor, mengurangi ketergantungan pada fluktuasi harga komoditas global.
Hilirisasi industri menarik investasi asing langsung (FDI) ke Indonesia
Dampak dari hilirisasi industri terlihat pada peningkatan investasi, baik dari sektor primer (investasi domestik) maupun sektor sekunder (investasi asing). Investasi domestik terutama difokuskan pada industri pertambangan, sementara investasi asing lebih condong pada industri logam dasar. Selain itu, hilirisasi juga memberikan dampak positif pada kinerja ekspor dengan peningkatan nilai ekspor beberapa komoditas seperti nikel dan produk turunannya.
Investasi dalam hilirisasi memberikan kontribusi yang signifikan terhadap  keberhasilan investasi pada periode Januari-September 2023, mencapai Rp 266 triliun, dan total nilai investasi pada periode tersebut sebesar Rp 1.053 triliun. Investasi hilirisasi yang direalisasikan pada periode ini mencakup lima sektor. Pertama, investasi hilirisasi di sektor mineral mencapai Rp151,7 triliun yang terdiri dari nikel Rp97 triliun, bauksit Rp7,1 triliun, dan tembaga Rp47,6 triliun. Selanjutnya, investasi di sektor pertanian dilakukan dari industri  kelapa sawit dan oleokimia senilai Rp 39,5 triliun. Sektor kehutanan juga  berkontribusi melalui investasi hilirisasi industri pulp dan kertas senilai Rp 34,8 triliun. Sedangkan investasi hilirisasi sektor migas melalui industri petrokimia mencapai Rp 31,6 triliun. Terakhir, pengembangan hilirisasi ekosistem kendaraan listrik, khususnya industri pembuatan baterai kendaraan listrik, menyumbang investasi sebesar Rp 8,4 triliun.
Dalam penerapannya terdapat berbagai tantangan yang dihadapi dalam merealisasikan hilirisasi industri di Indonesia. Salah satunya adalah ketersediaan sumber daya manusia yang kompeten. Setiap tahun diperlukan ribuan tenaga kerja yang terampil untuk sektor manufaktur, termasuk dalam proses hilirisasi. Oleh karena itu, pengembangan SDM menjadi kunci penting dalam menjalankan program hilirisasi dengan sukses.
Secara keseluruhan, hilirisasi industri di Indonesia merupakan langkah strategis yang diambil untuk meningkatkan nilai tambah pada komoditas ekspor, mengurangi ketergantungan pada bahan mentah, serta mendorong pertumbuhan sektor industri. Dengan dukungan kebijakan yang tepat, investasi yang memadai, dan pengembangan sumber daya manusia yang kompeten, hilirisasi industri di Indonesia diharapkan dapat memberikan kontribusi yang signifikan bagi perekonomian negara dalam jangka panjang.
Hilirisasi industri bukanlah sekadar strategi ekonomi, tetapi merupakan pondasi untuk mengubah paradigma pembangunan ekonomi Indonesia. Dengan meningkatkan nilai tambah produk, diversifikasi perekonomian, penciptaan lapangan kerja, peningkatan daya saing global, dan pemberdayaan UMKM, Indonesia dapat mengatasi middle-income trap dan melangkah menuju status negara berpendapatan tinggi.
Langkah-langkah ini memerlukan kerja sama antara pemerintah, sektor swasta, dan masyarakat untuk menciptakan lingkungan yang kondusif bagi pertumbuhan industri yang berkelanjutan. Hilirisasi industri bukan hanya tentang menghasilkan lebih banyak, tetapi juga tentang menghasilkan lebih cerdas dan berkelanjutan.
Daftar Pustaka
Al Arif, Mohammad Nur Rianto. (2024). Hilirisasi Industri dan Solusi "Middle Income Trap". Diakses pada 21 Mei 2024 dari
https://news.detik.com/kolom/d-7130474/hilirisasi-industri-dan-solusi-middle-income-trap
Danareksa Research Institue. (2023). Hilirisasi Industri Indonesia dan Dampaknya Pada Investasi dan Kinerja Ekspor. Diakses pada 25 Mei 2024 dari https://www.danareksa.co.id/storage/2023/other/63ef58be192c9.pdf
Fadilah, Ilyas. (2023). Hilirisasi. Diakses pada 26 Mei 2024 dari https://finance.detik.com/kamus/hilirisasi-d-6999281
Ramli, Rully R dan Setiawan. (2023). "Sri Mulyani: Hampir Semua Negara Alami Penurunan Industri Manufaktur". Â Dalam Kompas. 28 Mei. Diakses dari https://money.kompas.com/read/2023/11/02/154700926/sri-mulyani--hampir-semua-negara-alami-penurunan-industri-manufaktur
Nuryasin. (2024)."Peran Industri Manufaktur Dalam Perekoomian Indonesia". Dalam Bawalaksana. 28 Mei. Diakses dari https://bawalaksana.id/peran-industri-manufaktur-dalam-perekonomian-indonesia/
Penulis: Team Executive Board Department dan Volunteer ECOFINSC FEB UNDIP
Tim/individu
Penulis:
1. Dinda Ayu Andhini (Ekonomi'23. Junior Staff Treasury Division, Executive Board Department ECOFINSC 2024)
2. Berliana Asti Maulida (Ekonomi'22. Junior Staff External Division, Public Relations Department ECOFINSC 2024)
3. Maula Rizki Galih Seftiansyah (Ekonomi'23. Junior Staff Secretary Division, Executive Board Department ECOFINSC 2024)
4. Aisha Nur Rahmawati (Akuntansi'23). Junior Staff Treasury Division, Executive Board Department ECOFINSC 2024)
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H