Bagaimana hilirisasi industri memengaruhi struktur perekonomian Indonesia, khususnya sektor manufaktur dan non-manufaktur?
Bagaimana hilirisasi industri meningkatkan daya saing produk Indonesia di pasar global?
Bagaimana hilirisasi industri menarik investasi asing langsung (FDI) ke Indonesia?
Hilirisasi industri merupakan strategi penting yang telah direncanakan oleh pemerintah Indonesia sejak tahun 2010, terutama untuk sektor pertambangan. Program hilirisasi memungkinkan produk awal yang masih mentah diubah menjadi produk dengan nilai tambah yang lebih tinggi, memiliki kualitas dan harga jual yang lebih baik, sehingga meningkatkan daya saing di pasar. Hilirisasi dapat menciptakan produk-produk baru bernilai tambah tinggi memiliki kualitas dan standar yang lebih baik, sehingga dapat memenuhi kebutuhan pasar internasional. Adanya produk baru yang dapat dipasarkan di pasar internasional, akan membuka peluang baru untuk meningkatkan ekspor dan perolehan devisa negara. Jadi, hilirisasi industri adalah strategi yang tepat untuk meningkatkan pertumbuhan ekonomi suatu daerah dan negara. Langkah-langkah hilirisasi ini bertujuan untuk meningkatkan nilai ekonomi negara, menciptakan lapangan kerja, serta mengurangi ketergantungan pada ekspor bahan mentah.
Kontribusi hilirisasi industri terhadap pertumbuhan Produk Domestik Bruto (PDB) Indonesia
Hilirisasi industri sendiri berkontribusi signifikan terhadap pertumbuhan Produk Domestik Bruto (PDB) Indonesia. Berdasarkan data, sektor industri pengolahan telah tumbuh sebesar 4,88% (yoy) dengan kontribusi mencapai 18,25% terhadap PDB. Dalam beberapa tahun terakhir, kinerja pertumbuhan PDB sektor industri pengolahan secara umum menunjukkan tren positif, dengan beberapa industri yang relatif tumbuh stabil dan rata-rata laju pertumbuhan tahunannya jauh melampaui rata-rata laju pertumbuhan PDB nasional.
Pemerintah mengklaim program hilirisasi berhasil memberi nilai tambah bagi negara. Dikutip dari Detikfinance Presiden Jokowi mengatakan, sebelum tahun 2020, negara hanya menerima sekitar $2,1 miliar atau setara Rp32 triliun dari pendapatan ekspor nikel mentah. Setelah implementasi hilirisasi, industrialisasi mencapai $33,8 miliar, melonjak dari Rp32 triliun menjadi Rp510 triliun.
Pengaruh hilirisasi industri terhadap struktur perekonomian Indonesia, khususnya sektor manufaktur dan non-manufaktur
Pemerintah Indonesia telah mengambil langkah-langkah konkret untuk mendorong hilirisasi industri, seperti pembangunan smelter untuk pengolahan bijih nikel dan tembaga. Selain itu, larangan ekspor beberapa komoditas seperti nikel dan aluminium juga menjadi bagian dari strategi hilirisasi. Roadmap hilirisasi produk logam hingga tahun 2025 telah disusun sejak tahun 2016, dengan fokus pada hilirisasi baja dan komoditas aluminium.
Hilirisasi juga berdampak positif pada penciptaan lapangan kerja. Contohnya, PT Indonesia Morowali Industrial Park di Sulawesi Tengah menyerap sekitar 74.700 pekerja, dan PT Indonesia Weda Bay Industrial Park di Maluku Utara menyerap sekitar 56.000 pekerja. Tingginya serapan tenaga kerja ini menunjukkan bahwa hilirisasi tidak hanya meningkatkan nilai tambah produk, tetapi juga berkontribusi signifikan terhadap pengurangan pengangguran dan peningkatan kesejahteraan masyarakat.
Selain itu, hilirisasi telah memperkuat kontribusi sektor manufaktur terhadap produk domestik bruto (PDB). Peningkatan ini sebagian besar didorong oleh kebijakan pemerintah untuk mendukung dan memperkuat sektor manufaktur melalui program "Making Indonesia 4.0", yang berfokus pada penerapan teknologi industri 4.0 untuk meningkatkan efisiensi dan daya saing.