Mohon tunggu...
ECOFINSC UNDIP
ECOFINSC UNDIP Mohon Tunggu... Jurnalis - Kelompok Study Finance FEB UNDIP

ECOFINSC FEB UNDIP adalah organisasi mahasiswa berbentuk kelompok studi yang mengkhususkan diri pada kajian, diskusi, serta penelitian mengenai permasalahan perekonomian maupun keuangan di lingkup nasional maupun internasional. Lebih lanjut mengenai ECOFINSC dapat di akses melalui https://linktr.ee/Ecofinscfebundip

Selanjutnya

Tutup

Financial

Exploring The Impact of Pertalite Fuel Removal Plan in Economic Sector

14 Oktober 2023   22:33 Diperbarui: 14 Oktober 2023   22:36 199
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
 sumber gambar: Ecofinsc

          Bahan Bakar Minyak (BBM) merupakan pilihan utama bagi kendaraan bermotor, namun penggunaannya yang luas telah mengakibatkan eksploitasi besar-besaran terhadap sumber daya alam, khususnya minyak bumi. Salah satu alternatif yang populer adalah Pertalite, yang lebih terjangkau harganya. Namun, karena harga yang rendah, beberapa kendaraan yang seharusnya menggunakan bahan bakar dengan oktan tinggi malah memilih Pertalite yang memiliki oktan lebih rendah. PT Pertamina merancang rencana untuk menggantikan Pertalite dengan Pertamax Green sebagai bagian dari Program Langit Biru Tahap 2, dengan alasan bahwa Pertalite memiliki oktan rendah yang tidak ramah lingkungan.

          Kemunculan Pertalite telah menjadi pilihan utama masyarakat Indonesia dalam menggunakan bahan bakar minyak (BBM), terutama untuk transportasi umum, karena harganya yang terjangkau. Keunggulan Pertalite mencakup kebersihannya dibandingkan dengan Premium dan harganya yang lebih ekonomis daripada Pertamax dengan tingkat RON 92 (Jannah, 2015). Meskipun konsumsi Pertalite sangat tinggi, pemerintah sedang mengkaji kemungkinan menghapus BBM dengan tingkat RON rendah seperti Premium dan Pertalite pada tahun 2022 (Umah, 2021). Rencana penghapusan ini adalah bagian dari upaya untuk menyederhanakan jenis-jenis BBM yang ada dan mematuhi Peraturan Menteri Kehutanan dan Lingkungan Hidup (KLHK) Nomor P.20/Menlhk/Setjen/Kum.1/3/2017 yang mengatur tentang standar emisi gas buang kendaraan bermotor baru dengan empat roda atau lebih. Dalam peraturan tersebut, pemerintah telah menetapkan bahwa BBM dengan standar euro 4 atau setara dengan tingkat oktan 91 ke atas akan diterapkan secara bertahap mulai tahun 2019 hingga 2021. Rencana ini juga merupakan bagian dari strategi ekonomi untuk mengurangi pengeluaran yang meningkat dalam Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN). Dimana, APBN selama pandemi telah mengakibatkan utang pemerintah mencapai Rp6.711 triliun. Oleh karena itu, pemerintah saat ini berusaha untuk mengurangi tingkat defisit anggaran menjadi kurang dari 3% hingga tahun 2023. 

          Terdapat beberapa keunggulan dan pertimbangan dalam memilih jenis bahan bakar, seperti Pertamax Green 92, Pertamax Green 95, dan Pertamax Turbo. Pertamax Green 92, dengan indeks oktan yang tinggi, menawarkan emisi yang lebih rendah dan efisiensi mesin yang lebih baik. Meskipun harganya lebih tinggi, efisiensi bahan bakar jangka panjang dapat mengimbangi biaya lebih tersebut.

          Pemilik kendaraan harus memilih jenis bahan bakar yang paling sesuai dengan kebutuhan mesin mereka, sekaligus mempertimbangkan anggaran yang tersedia. Meskipun Pertamax Green 92, Pertamax Green 95, dan Pertamax Turbo memiliki keunggulan masing-masing, harga yang lebih tinggi dapat menjadi beban finansial. Selain itu, kompatibilitas dengan kendaraan juga perlu diperiksa agar tidak ada masalah yang muncul. Panduan penggunaan bahan bakar dari produsen kendaraan adalah sumber informasi yang berharga untuk memastikan pemilihan yang tepat. Dengan demikian, pemilik kendaraan dapat menjaga kinerja mesin yang optimal, efisiensi bahan bakar yang baik, dan juga mendukung upaya pelestarian lingkungan dengan emisi yang lebih rendah.

Dampak Realisasi Pergantian Pertalite

          Realisasi penggantian Pertalite atau BBM RON 90 menuju Pertamax Green 92, Pertamax Green 95, dan Pertamax Turbo diperkirakan akan terjadi pada tahun 2024 mendatang. Hal ini diperkirakan akan berdampak ke dalam beberapa hal:

Upaya yang dilakukan oleh pemerintah dalam menghapus Pertalite ialah untuk mengurangi adanya emisi karbon dengan menggeser penggunaan BBM Euro 4. Hal ini dengan memperhitungkan dampaknya terhadap isu lingkungan yang sedang berkembang. Terdapat beberapa keunggulan dan pertimbangan dalam memilih jenis bahan bakar, seperti Pertamax Green 92, Pertamax Green 95, dan Pertamax Turbo. Pertamax Green 92, dengan indeks oktan yang tinggi, menawarkan emisi yang lebih rendah dan efisiensi mesin yang lebih baik. Meskipun harganya lebih tinggi, efisiensi bahan bakar jangka panjang dapat mengimbangi biaya lebih tersebut.

  • Tanggungan Anggaran Negara

Tindakan menggeser BBM Euro 4 menuju Pertamax yang ramah lingkungan pun berpotensi akan meningkatkan tanggungan subsidi dari negara. Maka dari itu, pemerintah pun perlu memperhitungkan sampai mana kemampuan daya beli masyarakat terhadap subsidi yang diberikan. Ditinjau dari jenis kendaraan yang dimiliki masyarakat Indonesia tergolong ke dalam kendaraan bermotor di bawah 150cc dan untuk mobil hanya sampai ke 1500cc yakni pengguna BBM oktan tinggi yang tidak efisien. Sehingga Pertalite saat ini tidak disubsidi, namun dikompensasi.

  • Daya Beli Masyarakat

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Financial Selengkapnya
Lihat Financial Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun