Upaya transisi ini perubahan sosial yang direncanakan ini diwujudkan melalui kegiatan FEKDI atau Festival Ekonomi Keuangan Digital yang diadakan oleh Bank Indonesia bersama dengan Kementerian Keuangan, sehingga dapat merangkul masyarakat lebih luas. Bank Indonesia berkomitmen untuk menjadikan ekosistem sistem pembayaran menjadi episentrum ekonomi keuangan digital Indonesia, melalui Blueprint Sistem Pembayaran Indonesia (BSPI) yang menyatukan visi sejak tahun 2019. Hadirnya QRIS, BI-FAST, dan Standar Nasional Open API (SNAP) menyatukan satu nusa dan bahasa konektivitas pembayaran, serta dalam semangat satu bangsa Indonesia melalui konsolidasi antara industri pembayaran dan e-commerce membentuk bangsa digital.Â
     Dalam pembahasan tersebut, diperkenalkan QRIS (Quick Response Code Indonesia Standart) sebagai salah satu metode pembayaran non-tunai untuk transaksi jual beli masyarakat. Pertumbuhan  juga  terjadi  pada  jumlah  pengguna  layanan  pembayaran  QRIS (Quick  Response  Code  Indonesia  Standard) milik  Bank  Indonesia  di  tahun  2022, yaitu  menjadi  97.830  pelaku  usaha,  dimana  angka  tersebut  naik  tiga  kali  lipat  dari tahun  sebelumnya (Herlina,  2022).   Meskipun  angka  tersebut  masih  jauh dari  target yang  ditetapkan  oleh  Bank  Indonesia  bersama  Kementerian  Koordinator  Bidang Perekonomian  RI,  yaitu  sebesar  15  juta  pengguna  baru  QRIS  di  awal  tahun  2023 (Radar, 2022).
     Proyeksi digitalisasi tersebut bukan tanpa alasan, ketika kita melihat kilas balik tahun 2020 masyarakat secara tidak langsung beradaptasi untuk hidup bersama teknologi.Hampir semua penduduk memiliki akun e-wallet yang memungkinkan mereka untuk melakukan transaksi tanpa menggunakan uang tunai dengan cepat. Penggunaan digital payment ini diprediksi akan meningkat sebesar 5%-10% dari sebelum adanya pandemi sampai era new normal. Beberapa contoh lainnya seperti penggunaan e-learning, video conference, e-health, dan online fitness pun tercatat meningkat sebesar 50%-90% dari segi user growth. Pada saat yang sama, penggunaan aplikasi seperti pengambilan makanan online di restoran, TikTok, pengiriman barang kebutuhan sehari-hari, dan streaming online juga mengalami pertumbuhan sebesar 44%.Â
     Perubahan pola konsumsi dan perilaku konsumen juga menjadi dampak signifikan dari inovasi ekonomi digital melalui E-commerce. Masyarakat Indonesia semakin mengadopsi belanja online sebagai alternatif yang lebih nyaman dan efisien. Perkembangan E-commerce juga mendorong munculnya model bisnis baru seperti platform berbagi ekonomi (sharing economy) yang memfasilitasi pertumbuhan usaha berbasis pada aset digital atau jasa. Dengan demikian, melalui berbagai dampak tersebut, inovasi ekonomi digital melalui FEKDI telah membuka peluang baru dan menjadi sumber pertumbuhan ekonomi yang signifikan di Indonesia.
Dampak Realisasi Digitalisasi dan Tantangan Bagi Kehidupan Masyarakat
     Dalam pembangunan di Indonesia, ekonomi digital memang memiliki dampak yang penting. Dalam laporan Oxford Economics tahun 2016, disebutkan bahwa adanya Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK) memberikan kontribusi penting terhadap pertumbuhan Produk Domestik Bruto (PDB) dan penciptaan lapangan kerja di Indonesia. Secara spesifik, setiap peningkatan 1 persen dalam penetrasi ponsel diproyeksikan dapat menyumbangkan tambahan sebesar 640 juta Dolar AS kepada PDB Indonesia dan menciptakan 10.700 lapangan kerja baru pada tahun 2020. Kontribusi sektor TIK semakin terasa signifikan terhadap PDB Indonesia, mengingat bahwa sektor TIK sendiri menyumbang sekitar 7,2 persen dari total PDB Indonesia.  Mengembangkan digitalisasi ekonomi di Indonesia tidak terlepas dari hambatan dan tantangan yang perlu diatasi.Â
     Perusahaan besar dan lembaga pemerintahan sering menjadi target ancaman siber, terutama dalam tiga tahun terakhir. Salah satu alasan utamanya adalah karena jaringan lama (legacy network) dan infrastruktur keamanan jaringan tidak dapat lagi memenuhi kebutuhan kerja orang di era modern saat ini, termasuk dalam mencegah ancaman-ancaman yang sangat sulit dideteksi dan beradaptasi (Highly Evasive Adaptive Threats atau HEAT) yang dapat menyebabkan serangan ransomware.
     Keamanan dan privasi juga menjadi tantangan penting dalam ekosistem digital. Dalam lingkungan yang terhubung secara digital, risiko keamanan seperti serangan siber, pencurian identitas, dan penyalahgunaan data pribadi dapat menjadi ancaman serius. Penting bagi pemerintah dan pelaku industri untuk bekerja sama dalam mengembangkan kebijakan dan infrastruktur yang mampu menjaga keamanan dan privasi pengguna dalam penggunaan teknologi digital.Â
     Keterbatasan infrastruktur dan akses teknologi juga menjadi hambatan dalam pengembangan FEKDI di Indonesia. Terutama di daerah terpencil, infrastruktur teknologi seperti jaringan internet yang terbatas dan rendahnya penetrasi perangkat teknologi dapat menghambat pertumbuhan ekonomi digital. Diperlukan upaya untuk meningkatkan konektivitas dan aksesibilitas teknologi di seluruh wilayah Indonesia agar semua masyarakat dapat mengakses dan memanfaatkan potensi FEKDI.
Upaya Konstruksi Digitalisasi Menuju Pertumbuhan Ekonomi Inklusif
     Ekonomi digital telah menjadi mesin utama pertumbuhan ekonomi baru di banyak negara. Perkembangan teknologi informasi dan komunikasi telah memungkinkan transaksi yang lebih efisien, tumbuhnya sektor-sektor baru seperti perdagangan elektronik dan inovasi di berbagai sektor ekonomi. FEKDI adalah kerangka kerja yang dibuat oleh pemerintah Indonesia untuk mendorong pertumbuhan ekonomi digital di negara tersebut. FEKDI bertujuan untuk menciptakan lingkungan yang kondusif bagi perkembangan ekonomi digital, memfasilitasi kerjasama antara bisnis, pemerintah dan masyarakat, serta meningkatkan aksesibilitas teknologi digital di seluruh Indonesia.